
Trump Makin Gencar Serang China, Ekonomi Dunia Piye?

Jakarta, CNBC Indonesia - Siapa tak tahu Presiden Amerika Serikat (AS) ke-45 Donald Trump. Sosok yang fenomenal tersebut makin lama makin beringas 'menyerang' China dari segala sisi.
Masih ingat di benak publik seantero dunia, mantan taipan properti AS itu sah jadi Presiden Negeri Adikuasa pada 20 Januari 2017 menggantikan pendahulunya Barrack Obama yang berasal dari Partai Demokrat.
Meski AS masih jadi negara superpower, misi Trump adalah 'Make America Great Again'. Langkah pertama yang ia lakukan untuk mengokohkan hegemoni AS adalah dengan mengajak China berduel.
Berangkat dari latar belakang defisit neraca dagang AS dengan China yang terus membengkak. Trump menyerang produk-produk impor asal China dengan bea masuk yang tinggi. Genderang perang dagang ditabuh oleh Pria Republikan tersebut pada 2018. Inilah awal mula kisruh Washington-Beijing.
Dua tahun berlangsung, ekonomi global merasakan dampaknya. Pertumbuhan ekonomi global yang berada di angka 3% sebelumnya, harus melambat ke angka 2,5% tahun lalu. Volume perdagangan dunia juga mengalami nasib serupa.
Namun 'serangan' Trump tak berhenti di situ saja. Merebaknya pandemi Coronavirus Disease 2019 yang membuat output Negeri Paman Sam merosot 32,9% pada kuartal kedua membuat Trump makin agresif menyerang China.
Kabar paling baru menyebutkan Pemerintahan Donald Trump memberlakukan sanksi ekonomi ke 11 pejabat saat ini dan mantan pejabat China. Salah satunya adalah Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam.
Lam diberi sanksi karena mendukung pemberlakukan UU Keamanan Nasional Hong Kong. UU ini disahkan China bulan Juni, yang akan menghukum sejumlah pihak yang dikategorikan sebagai penganggu stabilitas Hong Kong.
Di bawah sanksi ekonomi ini, aset Lam di AS akan diblokir dan orang Amerika serta bisnis dilarang berurusan dengan mereka. Ini dinyatakan AS dalam pengumuman resmi Departemen Keuangan.
"Tindakan hari ini mengirimkan pesan yang jelas bahwa tindakan otoritas Hong Kong tidak dapat diterima," kata Menteri Luar Negeri Mike Pompeo dalam sebuah pernyataan ditulis AFP, Sabtu (8/8/2020).
Langkah ini diambil setelah Trump berencana untuk memblokir TikTok dan WeChat yang berasal dari China di AS. Trump geram karena dua aplikasi tersebut dinilai membahayakan masyarakat AS karena datanya bisa jatuh ke Partai Komunis China.
Serangan ini tentunya bakal berdampak besar bagi TikTok dan WeChat, mengingat pengguna aplikasi tersebut di AS tak bisa dibilang sedikit. Sebagai informasi saja, pengguna TikTok secara global mencapai angka 800 juta dan AS menyumbang 100 juta pengguna sendiri.
Sebelumnya 'serangan' pemerintahan Trump China sudah datang bertubi-tubi. Pandemi Covid-19 memang bukan pemicu utama geramnya AS ke China, melainkan menjadi katalis yang membuat kisruh keduanya semakin tereskalasi.
Jika melihat catatan Trump yang dimuat dan dipublikasikan oleh Gedung Putih akhir Mei lalu, terlihat jelas bahwa Presiden AS itu benar-benar naik pitam terhadap China soal banyak hal mulai dari perdagangan, pencurian aset-aset kekayaan intelektual, pelanggaran hak asasi manusia, pelanggaran hukum hingga kedaulatan wilayah.
Berikut ini adalah beberapa pernyataan Trump yang berhasil CNBC Indonesia kutip dari situs resmi Gedung Putih.
"Pola pelanggaran China sudah terkenal. Selama beberapa dekade, mereka telah merampok Amerika Serikat seperti yang belum pernah dilakukan siapa pun sebelumnya. Ratusan miliar dolar setahun hilang hanya berurusan dengan China, terutama selama bertahun-tahun saat pemerintahan sebelumnya. China menyerbu pabrik kita, melucuti pekerjaan kita, menghancurkan industri kita, mencuri kekayaan intelektual kita, dan melanggar komitmen mereka di bawah Organisasi Perdagangan Dunia. Lebih buruk lagi, mereka dianggap sebagai negara berkembang yang mendapatkan segala macam manfaat yang tidak berhak diperoleh orang lain, termasuk Amerika Serikat.
"China juga secara tidak sah mengklaim wilayah di Samudra Pasifik, mengancam kebebasan navigasi dan perdagangan internasional. Dan mereka melanggar kata-kata mereka kepada dunia untuk memastikan otonomi Hong Kong.
"Amerika Serikat menginginkan hubungan yang terbuka dan konstruktif dengan China, tetapi untuk mencapai hubungan itu, kita harus membela kepentingan nasional dengan penuh semangat. Pemerintah China terus menerus melanggar janjinya kepada kita dan banyak negara lain.
"Fakta-fakta sederhana ini tidak dapat diabaikan atau disingkirkan. Dunia sekarang menderita akibat penyimpangan dari pemerintah China. Penyembunyian China terhadap virus Wuhan memungkinkan penyakit itu menyebar ke seluruh dunia, memicu pandemi global yang telah merenggut lebih dari 100.000 nyawa orang Amerika dan lebih dari satu juta nyawa di seluruh dunia.
"Pejabat China mengabaikan kewajiban pelaporan mereka kepada Organisasi Kesehatan Dunia dan menekan Organisasi Kesehatan Dunia untuk menyesatkan dunia ketika virus pertama kali ditemukan oleh otoritas China.
"Banyak nyawa telah terenggut, hingga kesulitan ekonomi yang mendalam telah menimpa di seluruh dunia. Mereka sangat menyarankan agar saya tidak melakukan larangan awal terhadap China, tetapi saya tetap melakukannya dan terbukti 100 persen benar.
Sebagai penutup Trump memberikan kata-kata pamungkasnya. "Dalam setiap keputusan, saya akan terus dengan bangga membela dan melindungi para pekerja, keluarga, dan warga negara Amerika Serikat" pungkasnya.
Jelas terlihat bahwa Trump memang jengkel bukan main dengan China. Inilah yang medasari mengapa Trump berusaha keras mendepak perusahaan-perusahaan China yang melantai di bursa AS, mengirimkan pasukan militer ke Laut China Selatan hingga menutup kantor konsulat di Houston beberapa waktu lalu.
Sudah tak terhitung berapa banyaknya ungkapan hingga tindakan Trump memojokkan China. Konflik ini berkembang menjadi semakin kompleks. Eskalasi yang terus terjadi semakin mengkhawatirkan.
Masalahnya AS dan China adalah raksasa ekonomi dunia. Ketika mereka 'bertarung' dampaknya akan dirasakan oleh seisi dunia, seperti kata pepatah 'gajah sama gajah bertarung, pelanduk mati di tengah'.
Jadi bersiap-siap saja, kemungkinan konflik keduanya segera berakhir cenderung mustahil. Artinya publik harus bersiap-siap dengan serangan-serangan Trump yang lain hingga benar-benar membuat China tertekan.
Tanpa pandemi Covid-19 dan eskalasi konflik AS saja ekonomi dunia sudah merosot pada 2019, apalagi ditambah dengan wabah yang tak berkesudahan plus kisruh duo raksasa ekonomi global. Bank Dunia memperkirakan ekonomi dunia bisa jatuh ke minus -5,2% tahun ini.
(twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gila! Trump Ancam Putus Hubungan dengan China, Emang Bisa?