Penjualan Motor Juni Melesat 669%, Namun Risiko Masih Tinggi

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
07 August 2020 19:20
Ilustrasi Pabrik Sepeda Motor (Dok. AHM)
Foto: Ilustrasi Pabrik Sepeda Motor (Dok. AHM)

Jakarta, CNBC Indonesia - Penjualan motor pada kuartal kedua tahun ini drop signifikan. Pemicunya adalah penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di berbagai wilayah Tanah Air untuk menekan penyebaran wabah yang diakibatkan oleh virus corona jenis baru. 

Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) mencatat penjualan sepeda motor di pasar domestik sebanyak 167.992 unit. Membaik secara signifikan dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya sebanyak 21.851 unit saja.

Penjualan sepeda motor meroket 669% secara month on month (mom). Namun secara tahunan atau year on year (yoy) penjualan kendaraan roda dua masih terkontraksi sebesar 56%. Bulan Juni tahun lalu volume sepeda motor yang berhasil terjual mencapai 385.136 unit.

Pada awal Mei, virus corona yang menyebabkan Covid-19 telah merebak di hampir seluruh wilayah Tanah Air. PSBB pun digalakkan, orang-orang diimbau untuk beraktivitas di rumah masing-masing dan tidak bepergian keluar. Akibatnya kunjungan ke showroom/dealer drop, begitu juga dengan penjualannya. 

Namun memasuki bulan Juni, DKI Jakarta sebagai wilayah yang pertama kali menerapkan PSBB mulai melakukan relaksasi pelonggaran. Hal ini berakibat pada membaiknya mobilitas publik. Di saat yang sama, kembali bergeliatnya aktivitas ekonomi juga mulai dijumpai di wilayah lainnya. 

Itulah mengapa di akhir kuartal kedua penjualan motor domestik mengalami peningkatan. Namun sebenarnya penjualan kendaraan roda dua pada periode April-Juni tahun ini tergolong minimalis.

Total sepeda motor yang berhasil terjual hanya 313.625 unit, jauh dibanding periode yang sama tahun lalu sebanyak 1.545.165 unit. Artinya ada penurunan penjualan sebesar 80% (yoy). 

Pada semester I-2020 total penjualan motor yang tercatat oleh AISI mencapai 1.886.489 unit, anjlok 42% (yoy) dibanding periode yang sama tahun lalu ketika unit yang terjual mencapai 3.226.619. 

Beralih ke pasar ekspor, penjualan sepeda motor ekspor juga mengalami nasib yang sama dengan penjualan domestik. Penjualan di bulan Juni meroket 482% (mom), tetapi anjlok 42% (yoy).

Volume penjualan di kuartal kedua juga mengalami penyusutan sebesar 74% (yoy). Sementara di paruh pertama tahun ini ekspor anjlok 28% (yoy). Total penjualan ekspor sepeda motor pada semester I-2020 tercatat sebanyak 264.450 unit, jauh lebih rendah dari semester I-2019 yang sebanyak 367.668 unit.

Dari sisi demand, pendapatan masyarakat yang berkurang akibat merebaknya wabah Covid-19 di Tanah Air membuat mereka cenderung menahan diri untuk berbelanja. Selain itu kebijakan PSBB juga membuat masyarakat mengurangi frekuensi keluar rumahnya terutama di bulan Mei. 

Namun dampak yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19 tidak hanya menyerang sisi permintaan saja tetapi juga dari sisi produksinya. Pandemi covid-19 telah memukul proses produksi industri manufaktur. Hal ini ditegaskan langsung oleh Menteri Perindustrian RI, Agus Gumiwang Kartasasmita. 

Menperin Agus Gumiwang mengakui utilisasi sektor industri sebelum terjadinya Covid-19 mencapai 75%. Saat ini, dengan adanya tekanan akibat pandemi, utilisasi turun drastis hingga 40%. Namun, saat ini rata-rata utilisasi sektor industri manufaktur perlahan mulai bangkit ke titik 50%.

Rendahnya produksi di sektor industri alat angkut membuat kinerja perekonomian dalam negeri anjlok signifikan pada kuartal kedua. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat industri alat angkutan mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 34,29% disebabkan oleh penurunan produksi mobil dan sepeda motor yang cukup tajam sebagai dampak pandemi Covid-19.

Jika aktivitas ekonomi terus menunjukkan adanya geliat di kuartal ketiga ini, maka penjualan kendaraan bermotor pun akan ikut terdongkrak meskipun target penjualan untuk tahun ini mustahil tercapai. 

Di sisi lain faktor risiko yang membayangi industri otomotif Tanah Air juga masih sama. Kasus infeksi baru virus Corona masih terus bertambah setiap harinya dengan angka mendekati 2.000 kasus per hari. 

Jika kasus terus bertambah secara signifikan dan pembatasan kembali diperketat maka ini jadi ancaman yang jelas untuk industri otomotif terutama mobil dan motor. Yang jelas sampai saat ini kasus masih terus bertambah dan kapan wabah akan berakhir masih tidak pasti.

Kondisi yang penuh dengan ketidakpastian ini membuat konsumen tentunya juga lebih berhati-hati dalam membelanjakan uangnya. Konsumen akan lebih fokus untuk berbelanja kebutuhan pokok selagi prospek ekonomi belum benar-benar membaik.

Lagipula kebanyakan konsumen otomotif Tanah Air juga mengandalkan kredit untuk membeli kendaraan bermotor. Sehingga penjualan sepeda motor juga sangat dipengaruhi oleh permintaan terhadap kredit. 

Faktor yang tidak kalah penting lainnya adalah ketersediaan kredit yang 'murah'. Bank Indonesia (BI) selaku otoritas moneter telah memangkas suku bunga acuan sebesar 100 basis poin (bps) di sepanjang tahun ini dengan harapan bisa mendorong masyarakat untuk berbelanja. 

Kendati suku bunga acuan sudah dipangkas, hal yang perlu dicermati adalah apakah transmisi kebijakan moneter itu terjadi secara cepat sehingga laju penurunan suku bunga kredit mengikuti suku bunga acuan.

Jika ternyata belum secepat itu penurunan suku bunga kreditnya, maka appetite untuk belanja masyarakat terutama untuk barang tahan lama seperti kendaraan bermotor masih belum bisa banyak diharapkan. 

Di sisi lain, fokus industri keuangan seperti bank dan perusahaan pembiayaan saat ini tentunya adalah restrukturisasi. Ke depan bank dan perusahaan pembiayaan juga akan lebih berhati-hati serta selektif dalam menyalurkan kreditnya.

Pada akhirnya ini memang menjadi tahun yang berat untuk industri otomotif dalam negeri.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penjualan Motor Mulai 'Terbang', Tapi Mustahil Salip 2019

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular