
Faisal Basri: RI Tak Boleh Paksakan Diri Lepas dari Resesi!

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara tegas mengamanatkan kepada jajaran kabinetnya agar Indonesia tidak masuk ke jurang resesi. Namun, ekonom senior dari Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri memandang, pemerintah tidak boleh memaksakan diri terhindar dari resesi.
Menurut Faisal, pemerintah sebaiknya tetap fokus pada pengendalian pandemi virus corona, dibandingkan memulihkan ekonomi, terutama mengendalikan penularan virus corona atau Covid-19.
Pasalnya, menurut Faisal jika Indonesia memaksakan diri untuk tidak resesi, yang ada justru membuat beban fiskal semakin berat dan tekor. Alangkah lebih bijaknya, agar pemerintah memaksimalkan untuk terlebih dahulu mengendalikan penularan Covid-19.
"Lebih realistis jika pemerintah berupaya maksimum mengendalikan covid-19 agar perekonomian bisa tumbuh positif, ketimbang pada triwulan terakhir tahun ini. Sehingga tahun 2021 bisa lebih melaju lebih kencang," tutur Faisal mengutip dari blog pribadinya, Kamis (6/8/2020).
Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data produk domestik bruto (PDB) terbaru yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi triwulan II-2020 mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif sebesar 5,32% dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu (year on year). Ini merupakan kontraksi pertama sejak krisis terparah pada 1998.
Faisal memprediksi Indonesia akan masuk ke jurang resesi pada kuartal III 2020 karena penularan virus corona belum juga berakhir. Namun, ia melihat kontraksi ekonomi kuartal III 2020 tak sedalam kuartal II 2020.
"Dua kuartal berturut-turut (akan) mengalami kontraksi, sehingga Indonesia bakal memasuki resesi," pungkas Faisal.
Sebelumnya, Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengatakan, pemerintah sebenarnya sudah memiliki beberapa proyeksi situasi ekonomi, sampai yang ekstrem sekalipun. Namun, instruksi dari kepala negara sudah jelas.
"Arahan Pak Presiden tadi, secara tegas, kita diminta mencegah resesi. Kuartal III sebisa mungkin tidak minus growth atau negatif," kata Susiwijono saat melalui video conference, Rabu (5/8/2020).
Susiwijono mengakui, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II yang mengalami kontraksi di luar ekspektasi pemerintah yang sebelumnya memproyeksikan pertumbuhan ekonomi hanya minus dengan rentang -4% hingga minus 5%.
"Jujur kontraksi 5,32%, di proyeksi kami terakhir bergeraknya 4% sampai 5% minusnya. Namun ini ada beberapa terutama data di Mei dan indikator sektor dalam kontraksinya," tuturnya.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Faisal Basri 'Ramal' Ekonomi RI Masih Minus di Q1-2021, Why?