RI Sudah Punya Bekal untuk Menghindari Resesi, Lanjutkan!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
04 August 2020 06:35
Penjualan Kendaraan (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Penjualan Kendaraan (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Aktivitas manufaktur Indonesia dalam tiga bulan terakhir membaik, setelah ambrol akibat terpaan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Bahkan dibandingkan dengan negara-negara tetangga, ternyata Indonesia sangat oke.

Aktivitas manufaktur dicerminkan oleh Purchasing Managers' Index (PMI) yang dibikin oleh IHS Markit. Pada Juli, IHS Markit mencatat PMI manufaktur Indonesia sebesar 46,9. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 39,1 dan menjadi yang tertinggi sejak Februari.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik awal. Kalau masih di bawah 50, maka artinya industriawan belum melakukan ekspansi.

Namun, tanda-tanda kebangkitan industri manufaktur Indonesia terus menguat. PMI memang masih di bawah 50, tetapi terus naik dalam tiga bulan terakhir.

"Data PMI terbaru menunjukkan bahwa perlambatan sektor manufaktur terus berkurang. Ada harapan dampak terburuk dari pandemi virus corona adalah pada kuartal II-2020 yang sudah berlalu.

"Output produksi, pemesanan, hingga penyerapan tenaga kerja mulai meningkat seiring relaksasi kebijakan penanggulangan virus corona. Dunia usaha juga optimistis terhadap prospek produksi ke depan," papar Bernard Aw, Principal Economist di IHS Markit, seperti dikutip dari siaran tertulis.

PMI manufaktur Indonesia boleh membaik. Namun tentu harus melihat kinerja negara-negara tetangga. Apakah pemulihan Indonesia berada di jalur yang sama atau masih tertinggal?

Ternyata performa Indonesia sangat impresif. Kalau melihat angka PMI Juli, Indonesia memang berada di peringkat enam dari 10 negara. Ibarat klasemen liga sepakbola, Indonesia masuk bottom-half, paruh bawah.

Namun dari sisi perubahan, Indonesia menjadi yang terbaik. Dibandingkan Juni, PMI Indonesia melesat nyaris delapan poin. Ini membawa Indonesia menempati puncak klasemen.

Salah satu indikator perbaikan industri manufaktur terlihat dari setoran pajak ke kas negara. Meski masih ada kontraksi, tetapi mulai ada gejala perbaikan.

pajakKementerian Keuangan

"Kinerja Penerimaan Pajak menunjukkan perbaikan pada bulan Juni seiring mulai dilonggarkannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan dimulainya fase Adaptasi Kebiasaan Baru, serta mulai membaiknya ekonomi negara-negara mitra dagang utama Indonesia secara umum," tulis dokumen APBN Kita Edisi Juli 2020.

Indikator lainnya adalah ekspor. Pada semester I-2020, ekspor produk industri menyumbang 79,52% dari total ekspor Indonesia. Jadi kalau ekspor naik, maka boleh dibilang kinerja industri pengolahan membaik.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai ekspor pada Juni adalah US$ 12,03 miliar, naik 2,28% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). Ini merupakan pertumbuhan positif pertama setelah mengkerut selama tiga bulan beruntun.

"Ekspor Juni memang menggembirakan. Semoga peningkatan tidak hanya terjadi pada Juni, tetapi juga bulan-bulan berikutnya," kata Suhariyanto, Kepala BPS. Sedikit demi sedikit, ekonomi Indonesia mulai menunjukkan kebangkitan.

Apabila kinerja industri manufaktur terus membaik, maka Indonesia sangat mungkin bisa menghindari resesi. Sebab industri manufaktur adalah kontibutor utama dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) dari sisi lapangan usaha. Kontribusi industri pengolahan terhadap PDB nyaris 20%.

Indonesia sudah punya bekal untuk menghindar dari jurang resesi. Namun apakah bekal ini cukup atau tidak, akan sangat tergantung dari perkembangan pandemi virus corona. Sebab kalau kasus corona melonjak, maka bukan tidak mungkin pemerintah akan kembali mengetatkan PSBB yang membuat ekonomi mati suri.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Never Give Up! Sinyal Kebangkitan Ekonomi Makin Kuat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular