
Sri Mulyani, Hantu Covid-19, dan Defisit Bengkak 5,2% di 2021

Jakarta, CNBC Indonesia - Pagi ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memimpin rapat terbatas membahas rancangan postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021. Aura ketidakpastian masih menyelimuti pernyataan Jokowi saat membuka rapat tersebut.
Kepala negara dalam arahan pembukaannya, setidaknya dua kali menyebut soal ketidakpastian ekonomi yang masih terjadi.
Pandemi virus corona (Covid-19) masih menjadi faktor utama ketidakpastian ekonomi dunia. Meski begitu, Jokowi menaruh harapan optimistis ekonomi Indonesia 2021 bisa di atas pertumbuhan ekonomi dunia yang diproyeksikan sejumlah lembaga internasional di kisaran 3%-5%.
Usai rapat tersebut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, melakukan konferensi pers untuk memberikan penjelasan lebih lanjut soal proyeksi ekonomi di 2021.
Mantan Direktur Bank Dunia ini mengatakan, ekonomi dunia tahun depan bisa naik lagi hingga 5% karena basis pertumbuhan yang sangat rendah di tahun ini karena krisis yang timbul akibat pandemi.
Dia mengatakan, sejumlah negara maju seperti Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Prancis, ekonominya diproyeksikan tumbuh negatif hingga double digit alias di atas 10% pada kuartal II-2020. Sementara untuk full year 2020, Sri Mulyani memperkirakan ekonomi negara maju ini akan negatif single digit, alias resesi.
Dalam kesempatan itu, Sri Mulyani tidak memberikan proyeksinya terkait kinerja ekonomi Indonesia hingga akhir tahun. Dia hanya mengatakan untuk negara emerging seperti Indonesia, ekonominya sangat bergantung pada pertumbuhan ekonomi dunia.
"Emerging countries sangat bergantung pada ekonomi dunia, karena negara emerging ini bergantung pada ekspor dan capital flow," ujar Sri Mulyani dalam keterangannya, Selasa (28/7/2020).
Tahun depan, sesuai pernyataan Jokowi, Sri Mulyani mengatakan target pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran 4,5-5,5%, sesuai dengan apa yang disampaikan pemerintah ke DPR. Ini berarti di atas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia. "Kita upayakan di dekat 5,5%," jelas Sri Mulyani.
HALAMAN SELANJUTNYA >> HANTU COVID-19