
Soal MEA, Bahlil: ASEAN Bersaudara, Harus Saling Menguatkan!

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan, pihaknya bersama kementerian teknis akan terus berupaya menguatkan ekonomi di dalam kawasan ASEAN.
Menurut Bahlil, melalui Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), seluruh negara-negara yang tergabung harus saling menguatkan. Sehingga semuanya saling menguntungkan dan tidak ada satu pun negara yang keluar dari keanggotannya sebagai MEA.
"Apa yang terjadi dengan Inggris keluar dari Eropa [Brexit], itu tidak terjadi di dalam kawasan ASEAN. Supaya kita fair, harusnya tidak ada satu negara yang hanya mengambil keuntungan dengan mengabaikan keuntungan negara lain," jelas Bahlil kepada CNBC Indonesia, Kamis (23/7/2020).
Bahlil mengatakan saat ini pihaknya bersama kementerian-kementerian teknis terkait untuk saling intens melakukan komunikasi dengan negara-negara anggota ASEAN untuk mengikrarkan penguatan kawasan ekonomi.
Mengingat saat ini, semua negara di ASEAN berebut menarik investor untuk bisa menguntungkan negaranya sendiri. Padahal, sebenarnya itu bisa saja dibicarakan secara intens, agar semua negara bisa dapat 'cuan' atau keuntungan yang seimbang antar anggota ASEAN.
"Kita ingin ada kebersamaan itu bersama. ASEAN ini sebenarnya saudara. Kita ingin agar apapun lebih pada kerjasama dengan negara-negara ASEAN dengan saling memberikan penguatan," katanya.
"Ini harus menjadi kesadaran kolektif. Karena itu, penting untuk ASEAN ini membangun kesepahaman atau perlu dilakukan komunikasi yang intens untuk kemudian tidak ada satu negara yang hanya mendapatkan manfaat, tapi semuanya," kata Bahlil melanjutkan.
Ia mengatakan, menurut pemberitaan kantor berita luar negeri, investor asing lebih 'pede' untuk meningkatkan investasi di Indonesia, pasca pandemi. Mengingat Indonesia sebagai negara yang melimpah ruang sumber daya alamnya dan dibandingkan dengan anggota negara ASEAN yang lain, market Indonesia sangat besar.
Di BKPM sudah memetakan permasalahan apa yang membuat para investor kabur dari Indonesia. Setidaknya ada empat permasalahan yang menurut Bahlil ini harus segera dicari jalan keluarnya.
Pertama, adalah adanya arogansi sektoral pada antar Kementerian/Lembaga di Indonesia. Kedua, adanya aturan yang tumpang tindih di daerah, baik itu aturan di tingkat Kabupaten, Provinsi, dan Pusat.
Ketiga, adalah persoalan lahan yang mahal, yang menurut Bahlil ini akan membuat investor berpikir ulang untuk bisa bangun kawasan industri.
"Dalam analogi saya, Vietnam tanah itu murah di bawah Rp 1 juta [per meter]. Di kita itu bisa Rp 3 juta sampai Rp 4 juta [per meter]. Bahkan dalam anekdot saya, ini bukan untuk bangun kawasan industri untuk masuk, tapi untuk industri tanah. Jadi harganya duluan yang diambil," tuturnya.
Keempat, adalah soal upah tenaga kerja yang mahal. Menurut Bahlil di tengah Covid-19 saat ini, di saat banyak pekerja yang di PHK atau dirumahkan, Indonesia sebaiknya bisa dengan cepat memperbaiki empat permasalahan tersebut.
Pasalnya, lapangan tenaga kerja hanya bisa diciptakan lewat investasi.
"Investasi bisa masuk kalau empat poin tadi bisa diselesaikan. Ada kepastian, harga tanah jelas, izin cepat, kenyamanan. Instrumennya bisa diciptakan lewat Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja," tuturnya.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Corona Bikin Ekonomi Keok, Bahlil Sesumbar Investasi Naik