Negeri K-Pop Masuk Jurang Resesi, Ekonomi RI Kena Warning

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
23 July 2020 15:03
Workers wearing face masks to help protect against the spread of the new coronavirus stand to check visitors' temperature during a special tour of Gyeonghoeru pavilion at the Gyeongbok Palace, one of South Korea's well-known landmarks, in Seoul, South Korea, Wednesday, July 22, 2020. Just days after South Korean officials hopefully declared the country’s COVID-19 epidemic was coming under control, health authorities reported dozens of new cases following a dual rise in local transmissions and imported infections.(AP Photo/Lee Jin-man)
Foto: AP/Lee Jin-man

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi Negeri Ginseng sah jatuh ke dalam jurang resesi setelah outputnya mengalami kontraksi dua kuartal berturut-turut. Kejatuhan ekonomi Korea Selatan tentu berpengaruh terhadap kinerja negara mitranya, tak terkecuali Indonesia. 

Pada kuartal kedua tahun ini, pertumbuhan PDB ekonomi terbesar keempat di Asia itu mengalami kontraksi 2,9% (yoy). Pada kuartal sebelumnya ekonomi Korea Selatan terkontraksi 1,3% (yoy).

Laju pertumbuhan ekonomi minus dua kuartal berturut-turut tersebut membuat Korea Selatan jatuh ke jurang resesi untuk pertama kalinya sejak krisis keuangan tahun 1998.

Ekonomi Korea Selatan sangatlah bergantung pada perdagangan. Nilai ekspor barang dan jasa Negeri Ginseng mencapai 40% dari total outputnya (PDB). Ketika permintaan global melemah akibat pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19), ekspor Korea Selatan turun 13,9% (yoy) pada kuartal II-2020.

Bank of Korea mengatakan kontraksi ekspor dipicu oleh penurunan ekspor mobil, produk-produk perminyakan dan batu bara. Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksi ekonomi Korea Selatan bakal terkontraksi 2,1% tahun ini. 

Indonesia yang merupakan mitra dagang Korea Selatan tentunya juga akan terkena imbas dari masuknya Negeri K-POP itu ke jurang resesi. Ekonomi RI dan Korea Selatan dihubungkan dengan mobilitas barang melalui perdagangan, orang melalui sektor pariwisata dan juga uang atau modal melalui investasi. 

Dari sisi perdagangan, BPS mencatat nilai ekspor RI ke Korea Selatan selama lima bulan tahun ini mencapai US$ 2,4 miliar. Pangsa pasar Korea Selatan mencapai 3,93% dari total ekspor RI. Korea Selatan juga masuk ke dalam 10 negara destinasi utama ekspor RI. 

Kontraksi pada perekonomian Korea Selatan, membuat permintaan dari negara tersebut untuk barang dari RI juga terancam turun. Apalagi kebanyakan ekspor RI ke Korea Selatan masih berbasis komoditas seperti batu bara, karet, bijih mineral hingga bubur kertas dan kayu. 

Anjloknya harga batu bara serta permintaan yang rendah ini menjadi risiko yang harus dihadapi oleh ekonomi RI. Selain perdagangan, Korea Selatan dan RI juga terhubung melalui aliran modal atau investasi asing (PMA).

Negeri K-Pop merupakan salah satu investor strategis bagi RI. Pada kuartal I-2020 Korea Selatan menjadi negara dengan nilai realisasi PMA terbanyak ke delapan bagi RI dengan nilai mencapai US$ 130,4 juta. 

RI-Korea Selatan, juga terlibat dalam hubungan kerja sama masalah investasi. Pada November tahun lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendatangi Korea Selatan untuk menghadiri acara ASEAN-Korea Commemorative Summit.

Sebagai bagian dari kunjungan itu, Jokowi dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in menyambut penyelesaian negosiasi Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Korea (IK-CEPA).

"Dalam pertemuan bilateral kedua kepala negara menyatakan harapan mereka bahwa proses scrubbing hukum dapat diselesaikan pada awal 2020 sehingga [IK-CEPA] dapat ditandatangani segera," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam sebuah pernyataan resmi, Selasa (26/11/2019).

Selain itu, Jokowi juga menyambut baik investasi Hyundai Motor senilai US$ 1,5 miliar serta mendorong realisasi investasi LG Chem di industri baterai lithium dan investasi LG International di industri makanan dan minuman dan internet of things (IOT).

Peran Korea Selatan terhadap perekonomian RI melalui investasi memang tak bisa diremehkan. Pasalnya investasi yang dilakukan Korea Selatan lebih ke sektor primer yang padat karya.

Terakhir, RI-Korea Selatan juga dihubungkan oleh sektor pariwisata. Namun jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) dari Korea Selatan ke Indonesia tidaklah begitu banyak. Sepanjang Januari-Mei hanya ada 69 ribu kunjungan wisman dari total 2,9 juta kunjungan. 

Secara umum, resesi Korea Selatan merupakan bagian dari resesi global yang juga akan dirasakan ekonomi Indonesia. Meski secara struktural ekonomi RI tak terlalu bergantung pada perdagangan seperti Korea Selatan. Namun daya beli masyarakat yang turun ketika pandemi membuat output terancam mengalami kontraksi. 

Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi RI tahun ini berada di angka nol persen alias tak tumbuh. Namun dengan skenario pesimis bahwa wabah Covid-19 tak kunjung reda pada Juli atau Agustus ini, maka ekonomi RI bakal terkontraksi hingga -2% pada 2020. 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article PSBB Jawa-Bali Diperketat, RI Resesi Lagi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular