Internasional

Laut China Selatan Makan Korban, Vietnam Didenda Rp 14,6 T

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
23 July 2020 12:12
FILE - In this April 3, 2020, file photo, the USS Theodore Roosevelt, a Nimitz-class nuclear powered aircraft carrier, is docked along Kilo Wharf of Naval Base Guam. The U.S. Navy says that after weeks of work, all of the roughly 4,800 sailors on the coronavirus-stricken USS Theodore Roosevelt aircraft carrier have been tested for the virus. The ship has been sidelined in Guam since March 27, moving sailors ashore, testing them and isolating them for nearly a month.(Rick Cruz/The Pacific Daily via AP, File)
Foto: Perairan laut china selatan AP/Rick Cruz

Jakarta, CNBC Indonesia - Konflik wilayah di Laut China Selatan antara Vietnam dan China belum juga usai. Setelah mendapat tekanan berlebihan dari China, Vietnam harus membayar kompensasi sebesar US$ 1 miliar (Rp 14,6 triliun, asumsi Rp 14.621/US$) kepada dua perusahaan minyak internasional karena membatalkan kontrak mereka di perairan tersebut.



Sebagaimana ditulis oleh The Diplomat, perusahaan energi milik negara Vietnam PetroVietnam akan membayar uang kepada perusahaan Repsol Spanyol dan Mubadala dari Uni Emirat Arab sebagai "kompensasi". Keputusan tersebut merupakan harga yang mahal bagi Vietnam.



Sebuah sumber industri minyak regional mengatakan Vietnam membayar US$ 800 juta kepada Repsol dan Mubadala untuk hak-hak mereka di blok-blok itu. Termasuk US$ 200 juta sebagai kompensasi untuk semua investasi yang telah mereka lakukan dalam proses eksplorasi dan pengembangan.



Dalam sebuah pernyataan, juru bicara Repsol tidak mau mengkonfirmasi atau menyangkal. Namun media itu menulis, para eksekutif Repsol diberi tahu bahwa ini adalah keputusan politik, diperintahkan menyusul tekanan ekstrim dari China.


Selain Repsol dan Mubadala, perusahaan energi Rusia Rosneft juga terpaksa menunda rencananya untuk pengeboran di lepas pantai karena adanya tekanan dari China. Dikabarkan kapal penjaga pantai China beroperasi di wilayah pengeboran akan berlangsung.



Seorang eksekutif minyak Barat dengan pengalaman panjang di wilayah itu mengatakan kepada BBC bahwa ia "belum pernah melihat begitu banyak campur tangan politik di industri minyak dan gas lepas pantai di Laut China Selatan".



Akibat klaim sepihak wilayah perairan Laut China Selatan, hubungan antara China dan beberapa negara anggota ASEAN memburuk. Terutama terhadap Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Brunei yang tidak terima klaim tersebut.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Kronologis Kapal China vs Vietnam di Laut China Selatan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular