
Seniman China Protes, Sebut Xi Jinping Blokir Informasi Covid

Jakarta, CNBC Indonesia - Seorang seniman asal China, Brother Nut, melakukan protes ke pemerintahan Presiden Xi Jinping. Ia menutup mulutnya selama 30 hari dengan menggunakan penjepit logam, sarung tangan, lakban, dan barang lainnya.
Sebagaimana ditulis Reuters, hal ini ia lakukan sebagai protes atas sensor dan pemblokiran konten dan informasi online. Dikatakan media tersebut, hal tersebut biasanya dilakukan pada konten berisi masalah sensitif.
Dalam proyek bernama #ShutUpfor30Days, Brother Nut juga menulis "404" atau kode kesalahan untuk halaman web yang tidak ditemukan.
"Jika Anda bertanya kepada saya bagaimana seorang seniman harus mencerna perlakuan tidak adil, seperti kekerasan atau sensor, reaksi pertama saya adalah: terus berjuang, dengan seni," kata Brother Nut, sebagaimana dikutip Senin (20/7/2020).
"Kadang-kadang saya merasa pekerjaan saya mirip dengan LSM atau jurnalis, yang berusaha untuk meningkatkan kesadaran tentang masalah sosial dan langkah untuk melawannya," lanjut seniman berusia 39 tahun tersebut.
Sebelumnya Brother Nut melakukan pertunjukan menarik-narik penyedot debu bertenaga baterai di sekitar Beijing dan membuat batu bata padat dari udara yang tercemar.
Pada tahun 2018, ia mengundang band heavy metal untuk bermain di sebuah desa yang tercemar logam berat, mendorong otoritas lingkungan setempat untuk menyelidiki kontaminasi tersebut.
Bahkan untuk berbicara kepada para investor yang kehilangan tabungan mereka dalam penipuan keuangan, Brother Nut mengadakan estafet obor yang dijuluki "Good Luck Beijing", yang dalam bahasa China terdengar mirip dengan "Olimpiade Beijing".
Sayangnya setelah peristiwa itu, ia ditahan selama 10 hari oleh polisi. Namun menurutnya, ancaman dan panggilan dari polisi adalah hal biasa. Brother Nut mengakui bahwa selama proyek bulan lalu untuk menjaga keheningan, ia terkadang berbicara sendiri sambil makan.
"Kita membutuhkan ekspresi seni kapan saja dan di mana saja. Mereka seperti bunga yang tumbuh dalam retakan, dan memungkinkan kita untuk menari di waktu yang paling sulit," katanya.
Sebelumnya pemerintah China menghadapi serangkaian kecaman atas virus corona yang muncul akhir Desember 2019 lalu di Wuhan. Pemerintah dianggap lamban dalam membunyikan alarm, dan bahkan berusaha menutupi kasus dengan menangkap seorang dokter yang berusaha memperingatkan adanya virus ini.
Ialah Dokter Li Wenliang, yang meninggal akibat virus corona setelah berusaha memperingatkan pemerintah. Ia kini menjadi simbol wabah di China.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article China Sukses Besar Lawan Corona, Tersisa 300-an Kasus Aktif
