Corona Kelar, Ekonomi Jabar Diprediksi Melesat 9% pada 2021

Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
16 July 2020 15:32
Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil menghadiri Rapat Koordinasi (Rakor) Dampak Ekonomi dan Penanganan COVID-19 di Jawa Barat di Bale Pasundan Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Jabar, Kota Bandung, Kamis (19/3/20). (Foto: Yogi P/Humas Jabar)
Foto: Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil menghadiri Rapat Koordinasi (Rakor) Dampak Ekonomi dan Penanganan COVID-19 di Jawa Barat di Bale Pasundan Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Jabar, Kota Bandung, Kamis (19/3/20). (Foto: Yogi P/Humas Jabar)

Jakarta, CNBC Indonesia- Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil optimistis pertumbuhan ekonomi Jawa Barat bisa melonjak 9% pada 2021. Meski dia mengakui untuk tahun ini pertumbuhan ekonomi Jawa Barat sangat berat bahkan bisa minus jika tidak ada tindakan penanggulangan Covid-19.

"Dari hasil kajian dari Universitas Padjajaran, kalau tidak melakukan tindakan recovery ekonomi maka Jabar bisa pertumbuhan ekonominya minus di bawah 0, dan kembali positif cukup lama," kata Ridwan Kamil dalam DBS Asian Insights Conference dengan Tema Navigating a Brave New World, Kamis (16/07/2020).

Akan tetapi kajian tersebut menyebutkan jika pemerintah provinsi melakukan tindakan pemulihan yang baik maka pertumbuhan ekonomi Jawa Barat masih bisa positif 2-3% hingga akhir tahun. Tahun depan barulah lompat ke 9%, hingga nantinya bisa normal di kisaran 5%.

"Studi CSIS memberikan rasa optimisme, ada indeks kesehatan baik di atas, buruk di bawah. Nah, Jabar masuk dalam kuadran kesehatannya baik dan ekonominya baik," katanya.

Menurutnya pengendalian Covid-19 di Jabar cukup menggembirakan dengan populasi terbanyak 50 juta orang, tetapi kasus aktifnya di urutan 5-6. Sementara jika direpresentasikan dalam jumlah populasi Jawa Barat dengan kasus Covid-19, Jabar berada di urutan 25-26.

"Saat ini di Jawa Barat sudah terkontrol karena tingkat keterpaparan kita 4,23% kita sudah terkendali," katanya.

Selain itu saat ini Jawa Barat dengan pelonggaran PSBB dan dilanjutkan dengan skala mikro, telah masuk dalam fase pemulihan ekonomi. Ridwan Kamil mengatakan, sebelum ada Covid-19 masyarakat yang mendapatkan bansos hanya 25%, dan sekarang 63% karena banyak yang kehilangan pekerjaan dan penghasilan.

Sementara itu, pandemi ini juga membuat arapan pemerintah untuk mencapai investasi hingga Rp 886 triliun harus kandas. Apalagi berbagai belahan negara di dunia kini harus berada di ambang resesi.

Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan data-data terakhir menunjukan bahwa perekonomian semakin berat dari hari ke hari begitu juga dengan realisasi investasi. Bahkan dari target awal Rp 886 triliun direvisi menjadi Rp 855 triliun, dengan asumsi Mei kasus Covid-19 bisa diselesaikan. Menurutnya penting meninjau kembali target-target yang ditetapkan setelah era covid-19 ini, pada kuartal I-2020 realisasi investasi mencapai Rp 210 triliun.

"Karena ternyata Juli belum selesai, jadi targetnya Rp 817 triliun sampai akhir tahun," kata Bahlil di acara DBS Asian Insights Conference dengan Tema Navigating a Brave New World, Kamis (16/07/2020).

Selain itu, menurut Bahlil investasi mangkrak senilai Rp 708 triliun yang sebelumnya ditargetkan bisa selesai Juli 2020 pun harus tertunda akibat pandemi ini. Hingga saat ini baru 58% investasi mangkrak tersebut bisa diselesaikan, atau senilai Rp 410 triliun.

"Harus diakui masih arogansi antar Kementerian Lembaga besar, ketiga soal lahan, ada hantu-hantu di lapangan sehingga investasi-investasi tidak bisa diselesaikan. Kami sudah mampu eksekusi 58%, dan perintah presiden harusnya diselesaikan Juli ini tetapi karena Covid-19 ya susah," katanya.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Satu Tahun Pandemi, Kang Emil: Urusan Data Nggak Beres-beres!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular