
Terungkap! Ini Alasan Banyak Orang Terkena Penipuan Online

Jakarta, CNBC Indonesia - Penipuan akan selalu ada, bahkan usianya sama seperti sejak manusia ada. Modusnya beragam dengan satu tujuan, mengambil yang bukan miliknya.
Pengamat siber, Ismail Fahmi mengatakan modus dari pelaku penipuan selalu berganti, memanfaatkan teknologi yang ada, salah satunya menggunakan ponsel dengan cara menelepon calon korban.
"Sebetulnya dengan zaman sekarang, cara penipuan lebih mudah, tanpa harus keluar rumah. Misalnya saja melalui telepon,misalnya dengan daftar nomor, dihubungi satu per satu, sehari 50 nomor, berhasil 5 orang lumayan," ujarnya kepada CNBC Indonesia di Jakarta, Jumat (10/7/2020).
Penipu ulung, lanjutnya memiliki kemampuan sosial engineering. Dimana sejak awal percakapan dia sudah bisa menangkap secara psikologis apakah calon korban akan masuk perangkap atau tidak.
"Nah, dia tau, gaya setiap orang itu akan lebih gampang dengan cara bicara seperti apa," tegasnya.
Tak hanya melalui sambungan telepon, cara lain yang bisa digunakan adalah melalui Short Messages Services (SMS). Bahkan menurutnya, ada software yang diperjualbelikan secara bebas untuk mengirim pesan singkat ke banyak nomor sekaligus.
"Ada yang jual software, tools untuk kirim SMS ke banyak nomor, harganya murah. Misal kirim 1.000 pesan, dapat 10 kan lumayan," ujarnya lagi.
Dia tak heran jika masih ada saja masyarakat yang tertipu. Menurutnya, korban-korban biasanya memang orang yang mudah dikelabui dan silau dengan hadiah, apalagi dengan nominal yang menggiurkan.
"Kalau orang pintar dikasih hadiah, dia akan mikir. Bisa juga modus-modus yang memanfaatkan kedekatan seperti keluarga, anak," katanya lagi.
Dari semua aksi penipuan, lanjutnya, memang sebagian besar melibatkan perbankan. Baik itu untuk menggiring mangsanya untuk melakukan transfer langsung ke ATM atau menggunakan mobile banking.
"Kalau dilihat-lihat, bank-nya longgar dalam artian sulit dalam prosesnya, akan menjadi target (penipuan). Misalnya seperti Bank BCA dan Bank Mandiri kan susah tuh," ujarnya.
Guna menghindari lebih banyak korban, menceritakan kembali modus-modus yang pernah terjadi diharapkan membuat masyarakat lebih waspada.
"Pemberitaan di media untuk menceritakan modus apa yang sering dilakukan, bisa membuat masyarakat sadar," tuturnya lagi.
Penipuan masih terus menjadi momok di tengah masyarakat. banyak cara yang dilakukan, salah satunya yang dialami oleh Travel Vlogger, Dzawin Nur. Melalui Channel Youtube nya, dia bercerita bagaimana pernah menerima telepon yang mengaku kerabat dekat, dan sedang berada di kantor polisi karena melanggar lalu lintas.
"Modus penipuan ini yang biasanya terjadi di lingkungan saya, atau juga lingkungan kawan-kawan," katanya memulai cerita.
Saking lihainya, Dzawin mengatakan jika apa yang disampaikan polisi gadungan yang menghubunginya seolah-olah nyata, dengan gaya bicara seperti sungguhan.
Usut punya usut, di akhir pembicaraan, saat Dzawin mengaku dia sudah tahu bahwa ini adalah penipuan, dirinya bahkan iseng melakukan sesi tanya jawab kepada penipu yang menghubunginya.
"Sehari berapa orang Pak, dapat berapa?," katanya bertanya.
"Sehari biasanya saya dapat Rp 35 sampai Rp 40 juta. Kalau pulsa nggak bakal habis," ujar si pelaku di ujung sambungan telepon.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hati-hati! Penipu Berkedok Online Shop Beriklan di Instagram