Internasional

Kala Semua 'Musuhi' China di Laut China Selatan

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
12 July 2020 09:50
In this photo provided by U.S. Navy, the USS Ronald Reagan (CVN 76) and USS Nimitz (CVN 68) Carrier Strike Groups steam in formation, in the South China Sea, Monday, July 6, 2020. China on Monday, July 6, accused the U.S. of flexing its military muscles in the South China Sea by conducting joint exercises with two U.S. aircraft carrier groups in the strategic waterway.(Mass Communication Specialist 3rd Class Jason Tarleton/U.S. Navy via AP)
Foto: USS Ronald Reagan (CVN 76) dan USS Nimitz (CVN 68) Carrier Strike Groups di Laut Cina Selatan, Senin, (6/7/2020). (Mass Communication Specialist 3rd Class Jason Tarleton/U.S. Navy via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - RI tegas menyatakan diri tak memihak di Laut China Selatan. Meski demikian, sejumlah negara, gusar dengan aktivitas China dan menjadikannya sebagai "musuh bersama".

Filipina dan India misalnya. Melalui Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana, kedua negara tersebut mengatakan akan bergandengan tangan untuk menjaga keseimbangan kekuatan di LCS.



Sebagaimana dilaporkan Eurasian Times , setelah pertemuan awal pekan kemarin, Filipina dan India mengaku akan melawan sikap China dan bergabung dengan AS. Klaim China terhadap 80% kawasan LCS menjadi penyebabnya.

Mereka menyebut LCS adalah perairan yang menjunjung tinggi kebebasan. Negara manapun bisa berlayar dengan bebas.

"Kami tidak mencegah negara lain melewati atau melakukan hal-hal di sana di Laut China Selatan. Inggris memang melewati Laut China Selatan. Prancis, semua negara lain. Kami tidak mengundang mereka untuk datang," katanya.

Lorenzana menegaskan bahwa latihan angkatan laut China di LCS itu perlu dikhawatirkan. Apalagi jika sampai ke teritori Filipina, maka negeri itu akan memberi "respons terberat".

Baik Filipina dan India memiliki masalah dengan China. Filipina sebelumnya memang memiliki masalah sengketa di Kepulauan Spratly dan Scarborough Shoal di perairan perairan itu.

Sementara India memiliki masalah di perbatasan Himalaya, yakni Lembah Galwan. Setidaknya 20 tentara India tewas adu jotos dengan tentara China Juni lalu.

Laut China Selatan. (Foto: Australia Plus ABC)Foto: Laut China Selatan. (Foto: Australia Plus ABC)
Laut China Selatan. (Foto: Australia Plus ABC)



Melalui tajuk rencana surat kabar nasional Jepang Yomiuri Shimbun, meminta negara-negara terkait bersatu untuk menghentikan China dan menjaga stabilitas regional.



"Sebab perubahan yang dilakukan dalam status quo secara paksa tidak boleh dibiarkan menjadi fetakompli (fait accompli) atau mengharuskan negara lain mau tidak mau harus menyetujui tindakan tersebut," tulis media ini.

Di LCS China juga bersengketa dengan Vietnam, Malaysia, Brunei. Penjaga pantai China dan nelayan sempat masuk Natuna RI awal 2020 lalu.

Sebelumnya pemerintah Rusia meminta AS dan China menggelar dialog dan diskusi guna menyelesaikan masalah yang terjadi. Apalagi, permusuhan keduanya tidak hanya di kawasan itu saja.

Hal ini ditegaskan Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva, dalam media briefing virtual yang berlangsung, Rabu (8/7/2020).

"Tensi antara AS-China bukan hanya di LCS, tapi juga dilingkup lainnya," ujarnya.

"Anda tahu bahwa kami tidak memihak siapapun. Tapi tentu China adalah partner strategis kami dan tetangga kami dan secara keseluruhan jika Anda melihat situasi, situasi seperti perang dagang atau tensi terkait apapun yang mereka miliki, itu tidak membawa kemajuan pada situasi global," jelasnya.

"Kenapa ada negara yang harus membuatnya menjadi lebih sulit untuk negara yang sudah terdampak pandemi? Itu tidak akan membawa hasil positif untuk semua pihak," katanya lagi.




(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article AS-China 'Perang-perangan' Lagi, Tembak Rudal hingga Sanksi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular