AS-China 'Perang-perangan' Lagi, Tembak Rudal hingga Sanksi

Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan Amerika Serikat (AS) dan China kembali memanas. Setelah sedikit adem, dengan pertemuan terkait perdagangan Selasa lalu, kini kedua negara dikabarkan tegang lagi.
Setidaknya ada dua 'pemantik' yang terjadi di hari yang sama Rabu (26/8/2020). Semuanya terkait Laut China Selatan.
Berikut rangkuman CNBC Indonesia:
China Tembak Rudal
China dikabarkan meluncurkan tembakan untuk memperingatkan Amerika Serikat. Dua rudal ditembakkan ke Laut China Selatan, sebagaimana ditulis media Hong Kong South China Morning Post (SCMP).
Rudal tersebut termasuk "misil pembunuh kapal induk". Salah satu rudal, DF-26B, diluncurkan dari provinsi barat laut Qinghai sementara yang lainnya, DF-21D, lepas landas dari provinsi Zhejiang di timur.
Sumber yang dekat dengan militer China menyebut Beijing tengah memberi peringatan ke AS. Langkah ini dilakukan satu hari setelah China mengecam AS soal masuknya pesawat mata-mata U-2 ke zona larangan terbang yang menjadi tempat latihan militer tentara negeri itu.
"Ini adalah tanggapan China atas potensi risiko yang dibawa oleh pesawat tempur dan kapal militer AS yang semakin sering masuk di Laut China Selatan," kata sumber itu.
China sebelumnya memang mengumumkan melakukan latihan militer di Laut Bohai sejak 24 Agustus hingga seminggu ke depan. China me-warning semua kapal agar menjauh dengan radius 9,26 kilometer.
Namun kemarin, Kementerian Pertahanan mengumumkan bahwa pesawat mata-mata AS telah masuk ke kawasan itu. China menyebut itu provokasi, yang bisa mengakibatkan kesalahan penilaian atau kecelakaan.
"China dengan tegas menentang tindakan provokatif semacam itu dan telah mengajukan pernyataan serius dengan pihak AS," kata Juru Bicara Kementerian Pertahanan Wu Qian. dari media pemerintah Xinhua.
AS Sanksi 24 Perusahaan China
AS "menghukum" China terkait aktivitas China di Laut China Selatan. Pejabat dan perusahaan China sudah dimasukkan dalam daftar hitam (blacklist).
Alasannya mereka terlibat dalam 'penumpukan' militer di wilayah perairan penuh sengketa itu. Ditulis AFP, setidaknya ada 24 perusahaan yang dikenai sanksi. Termasuk anak usaha raksasa konstruksi China Communications Construction Co, perusahaan telekomunikasi China Shipbuilding Group.
"Sejak 2013, Republik Rakyat China (RRC) telah menggunakan perusahaan milik negara untuk mengeruk dan merebut lebih dari 3.000 hektar lahan yang disengketakan di Laut China Selatan," kata Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dalam sebuah pernyataan, dikutip Kamis (27/8/2020).
"Membuat kawasan itu tidak stabil, menginjak-injak hak kedaulatan tetangganya dan menyebabkan kerusakan lingkungan yang tak terhitung."
Dengan sanksi ini AS akan memblokir ekspor barang dan material. Sementara untuk individu, sanksi yang diberikan berupa pencabutan visa mengunjungi AS.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kala Semua 'Musuhi' China di Laut China Selatan
