Jakata, CNBC Indonesia - Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) di Indonesia kian mengkhawatirkan. Jika tidak ada perbaikan, maka sangat mungkin jumlah pasien positif corona di Indonesia bakal melebihi China dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Gugus Tugas Percepatan Percepatan Penanganan Covid-19 melaporkan, jumlah pasien positif corona per 11 Juli 2020 adalah 74.018. Bertambah 1.671 orang (2,31%) dibandingkan posisi sehari sebelumnya.
Pada 9 Juli, jumlah pasien positif corona bertambah 2.657 orang, rekor tertinggi sejak Indonesia mencatatkan kasus perdana pada awal Maret. Selepas itu, pasien positif bertambah di atas 1.600 orang.
Dalam 14 hari terakhir (28 Juni-11 Juli), rata-rata penambahan pasien positif adalah 1.514,71 orang per hari. Melonjak dibandingkan 14 hari sebelumnya (14 Juni-17 Juni) yaitu 1.099,43 orang per hari.
Jumlah kasus aktif (orang yang terinfeksi virus corona) di Indonesia per 10 Juli adalah 35.349 orang. Indonesia jadi negara dengan kasus aktif tertinggi kedua di antara negara-negara ASEAN-6, hanya lebih rendah dari Filipina.
Sementara rata-rata tingkat reproduksi (Rt) virus corona di seluruh provinsi di Indonesia adalah 1. Artinya, seorang pasien positif corona masih bisa menginfeksi orang lainnya, penularan masih terjadi.
Data kasus aktif dan Rt tersebut menunjukkan bahwa 'perang' melawan virus corona masih jauh dari kata selesai. Indonesia sangat berisiko untuk terus mencatatkan kenaikan kasus yang signifikan.
Saat ini, Indonesia berada di peringkat 27 dunia dalam hal jumlah kasus corona. Ke depan, bukan tidak mungkin Indonesia akan naik rangking. Namun naik peringkat di sini tentu bukan sesuatu yang patut dibanggakan.
Apabila kasus corona di Indonesia konstan naik di kisaran 2% per hari, maka dalam waktu yang tidak terlampau lama China pun bakal tersusul. Pasalnya, pertumbuhan kasus di negara tempat pandemi virus corona bermula tersebut sangat stabil.
Per 11 Juli, jumlah pasien positif corona di Negeri Tirai Bambu adalah 83.587 orang. Tidak bertambah dibandingkan hari sebelumnya. Selama 14 hari terakhir, rata-rata pertumbuhan kasus corona di China adalah 0,01% per hari!
Mari kita hitung bodoh-bodohan saja. Dengan asumsi kasus di Indonesia tumbuh 2,44% per hari seperti 14 hari terakhir, maka jumlah pasien positif corona di Tanah Air pada 17 Juli akan menjadi 85.537 orang. Sudah lebih tinggi ketimbang China yang dengan asumsi pertumbuhan 0,01% per hari akan sebanyak 83.637 orang. Hanya butuh enam hari bagi Indonesia untuk melampaui kasus corona di China.
Bukan apa-apa, kasus aktif corona di China dan Indonesia pun sangat jauh berbeda. Kala kasus aktif di Indonesia masih berjumlah puluhan ribu, China tinggal ratusan saja.
Apa yang membuat kasus corona di Indonesia mengalami lonjakan signifikan? Setidaknya ada dua penyebab.
Satu, tes corona yang semakin luas membuat kasus yang semula tidak terekspos menjadi muncul ke permukaan. Saat ini jumlah tes corona di Indonesia sudah dilakukan terhadap 1.038.988 spesimen. Ini menjadi yang tertinggi di antara negara-negara ASEAN-6.
Dua, masyarakat Indonesia memang tidak disiplin dalam menjaga jarak. Padahal menjaga jarak adalah salah satu kunci untuk mempersempit ruang gerak penyebaran virus corona, selain rajin memakai masker dan mencuci tangan.
Untuk melihat kepatuhan masyarakat dalam menjaga jarak, indikator yang bisa dirujuk adalah Social Distancing Index yang disusun oleh Citi. Semakin menjauhi nol berarti masyarakat di suatu negara kian berjarak, taat social distancing. Sebaliknya jika semakin dekat dengan nol maka masyarakat semakin dekat dan erat, sesuatu yang bisa meningkatkan risiko penyebaran virus corona.
Pada 3 Juli, skor Social Disctancing Index Indonesia ada di -20 sementara sepekan sebelumnya adalah -22. Angkanya semakin dekat dengan nol, berarti warga 62 semakin ikrib.
Pada akhirnya, penyebaran virus corona bergantung kepada masyarakat. Segiat apa pun pemerintah berusaha, tetapi kalau warga tidak mematuhi protokol kesehatan ya sama saja bohong.
Oleh karena itu, kunci untuk meredam pagebluk virus corona ada di diri kita masing-masing. Sejauh mana kita taat dalam memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak akan sanat menentukan tingkat penyebaran virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China tersebut.
TIM RISET CNBC INDONESIA