Sertifikasi Pendidikan Vokasi Belum Semua Diakui Industri

Yuni Astutik, CNBC Indonesia
10 July 2020 17:59
Ilustrasi Sekolah. CNBC Indonesia/Andrean Kristianto
Foto: Ilustrasi Sekolah. CNBC Indonesia/Andrean Kristianto

Jakarta, CNBC Indonesia - Dirjen Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI, Wikan Sakarinto mengatakan ada beberapa poin penting dalam mendorong terwujudnya link and match antara pendidikan vokasi dan industri, salah satunya sertifikasi. Sertifikasi sangat penting untuk memastikan pesera didik kompeten dan siap kerja di industri.

"Sertifikasi harus diakui, tapi industri tidak mengakui. Ini menjadi salah satu PR ketika duduk bersama. Jadi kurikulum nanti sudah masuk uji sertifikasi," tuturnya saat diskusi dengan Media secara virtual di Jakarta, Jumat (10/7/2020).

Saat ini, pemerintah menganggarkan Rp 3,5 triliun untuk menyiapkan program-program guna mendorong kampus vokasi, SMK dan lembaga kursus pelatihan untuk bisa "menikah" dengan industri.

Menurutnya, sertifikasi menjadi penting, sehingga cara yang akan dilakukan adalah penyusunan kurikulum akan dilakukan bersama industri. Dalam hal ini termasuk sertifikasi di industri masuk ke dalam kurikulum kampus.

"Misalnya merk uji kompetensi internasional mahal. Yang jadi PR, sejak duduk bersama ini harus dibicarakan bersama, mau nggak industri membantu," katanya.

Poin penting berikutnya adalah dosen tamu dari industri rutin mengajar di kampus. Program magang yang terstruktur dan dikelola dengan baik. Komitmen kuat dan resmi dari pihak industri untuk menyerap lulusan sekolah vokasi.

Selanjutnya program beasiswa dan ikatan dinas bagi mahasiswa. Menurutnya, untuk yang satu ini tak wajib, namun ada contoh nyata bagaimana beasiswa ini bermanfaat dan melahirkan lulusan yang terampil.

"Kalau dibiayai (beasiswa) ya bersyukur. Contoh yang sudah ada vokasi UGM, sekolah vokasi Undip, politeknik PENS di Surabaya, sampai menikah dengan PLN D4 teknik elektro, mahasiswa sejak semester 1 sudah ada beasiswa ikatan dinas. PLN donasi peralatan, magang di PLN, sertifikasi dari PLN dan kampus. Lulus kalau cocok, jadi pegawai PLN," terangnya.

Berikutnya adalah bridging program, di mana pihak industri memperkenalkan teknologi dan proses kerja industri yang diperlukan kepada para dosen. Selanjutnya adalah sertifikasi kompetensi bagi lulusan diberikan oleh pendidikan tinggi bersama industri.

Terakhir, pihak industri memberikan bantuan peralatan laboratorium kepada kampus dan joint riset terapan dosen yang berasal dari kasus nyata di industri.

Dia mencatat saat ini ada 2.200 kampus vokasi, 4 ribu SMK dan 17 ribu lembaga khusus pelatihan. Dengan adanya kolaborasi dengan industri, diharapkan jebolan pendidikan vokasi tersebut memiliki mutu berstandar industri.

"Tak hanya proses, tidak hanya kurikulum. Semua ini tujuannya untuk menghasilkan lulusan yang kompeten. Bukan soal aku sudah belajar apa, tapi aku bisa apa saja," katanya.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ikuti Kelas Offline, Ajang Lulusan Vokasi Menambang Ilmu Baru

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular