
PR Berat 'Nikahkan' 2200 Kampus Vokasi dengan Industri di RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) punya pekerjaan rumah (PR) besar untuk terus merealisasikan link and match perguruan tinggi vokasi (PTV) dengan industri. Link and match ini tak hanya soal seremoni tapi harus konkret.
Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud Wikan Sakarinto mengungkapkan bahwa menghubungkan pendidikan vokasi dan industri selalu menjadi wacana sejak beberapa tahun silam, bahkan sampai saat ini banyak lembaga pendidikan vokasi hingga pusat pelatihan yang belum sepenuhnya terhubung dengan dunia industri.
"Link and match ini harus pada level menikah, jadi kami mengelola kampus vokasi 2200 dan SMK 14.000 dan training center 17.000, kami mengelola lembaga itu dengan link and match dengan dunia kerja," ujar Wikan, dalam Webinar Lulusan Vokasi Menjawab Tantangan Ekonomi Nasional, Bersama CNBC Indonesia, Kamis,(09/07/2020).
Sampai saat ini, link and match antara lulusan pendidikan vokasi dan dunia industri selama ini masih banyak hanya sebatas MoU (Memorandum of Understanding) namun tidak memiliki eksekusi yang jelas.
Meski sertifikasi telah diberikan kepada para peserta didik, banyak industri yang bahkan tetap memberikan pelatihan karena skill lulusan yang tidak match dengan kebutuhan industri.
Oleh karena itu, Kemendikbud meminta bahwa industri harusnya ikut terlibat dengan memberikan saran kepada penyelenggara pendidikan vokasi agar adanya pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan industri.
"Kurikulum disusun bersama dengan industri, soft skill imbang kemudian attitude integritas seimbang, sikap profesional itu sesuai dengan kurikulum, kalau tidak dikawal kadang dosen itu lebih berat ke hard skill, soft skill itu penting, guru-guru jangan terjebak mindset lama jangan jadikan anak-anak itu belajar menghafal tapi harus jadi pembelajar yang mandiri dan mencintai profesinya," ujar Wikan.
Wikan juga mengatakan bahwa industri tidak hanya membantu menyusun kurikulum tetapi tenaga kerja pendidikan vokasi juga harusnya diberikan pelatihan oleh industri.
"Komitmen serapan lulusan, industri kalau sudah dibikin bersama, berani dong serap lulusan vokasi, kemudian dosen-dosen dan guru SMK harus rutin di-training oleh industri...kalau industri itu disadarkan, daripada Anda menunggu di belakang dan banyak komplain, daripada demikian dan lulusan di-training lagi, makanya kami minta materi training-nya dimasukkan saja ke dalam kurikulum," ujar Wikan.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ikuti Kelas Offline, Ajang Lulusan Vokasi Menambang Ilmu Baru