
Ancaman Perang di Laut China Selatan, Apa Kata Prabowo?

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia tidak akan memihak Amerika Serikat (AS) maupun China jika kedua negara terlibat "perang" di Laut China Selatan.
Pernyataan itu disampaikan oleh Juru Bicara Kementerian Pertahanan, Dahnil Anzar Simajuntak ketika ditanya soal tanggapan Indonesia atas konflik yang melibatkan AS-China di perairan yang disengketakan banyak negara tersebut.
"Itu merujuk dan berpijak pada konstitusi kita, yaitu terlibat dalam ketertiban umum kemudian ketertiban dunia, kemudian menjaga perdamaian abadi, kemudian menghormati kemerdekaan. Itu posisi kita," katanya dalam wawancara di Squawk Box, CNBC Indonesia, dikutip Rabu (8/7/2020).
"Kemudian kedua, tentu posisi kita juga adalah posisi bebas aktif. Kita kan tidak terkait dengan Pakta Pertahanan manapun. Kita tidak pernah bergabung dengan Pakta Pertahanan manapun sehingga posisi kita tentu adalah menjaga jarak yang sama, kedekatan yang sama, dengan semua negara di dunia."
Lebih lanjut, Dahnil mengatakan bahwa Indonesia sendiri sudah cukup siaga untuk mengantisipasi jika terjadi konflik yang lebih mendalam antara berbagai negara di perairan yang menjadi salah satu jalur utama perdagangan dunia itu.
"Terkait dengan misalnya makin panasnya Laut China Selatan, untuk menjaga, secara teknis kedaulatan kita tentu angkatan laut, angkatan udara sudah terus berjaga di Laut Natuna. Itu upaya berjaga-jaga. Tapi kemudian posisi kita tentu adalah posisi peace maker," jelasnya.
Dahnil juga menegaskan bahwa Menteri Pertahanan (menhan) Prabowo Subianto telah secara aktif melakukan komunikasi, baik langsung ataupun via telepon, dengan menhan negara-negara kawasan, seperti Filipina, Malaysia dan Australia. Prabowo juga telah berkomunikasi dengan menhan Amerika, Jepang dan Rusia.
"Terakhir ini masa Covid-19 semuanya beliau telepon, semuanya bicara tentang kita harus menjaga perdamaian. Kenapa? Karena situasi Covid-19," tegasnya.
"Kami pahami sekarang makin panas Laut China Selatan, Australia sudah ikutan, misalnya mengirim kapal perang mereka. Kemudian India dengan China makin panas, kemudian Amerika apalagi dengan China juga makin panas, kemudian negara-negara di kawasan itu semuanya bersiap dan sebagainya."
"Nah yang ingin disampaikan oleh Indonesia melalui Pak Menhan, semuanya harus menjaga diri dan kita di kawasan, Pak Menhan selalu menyatakan jangan sampai kemudian kawasan kita di sekitar Laut China Selatan kemudian jadi battle ground begitu. Yang bertempur negaranya tidak di situ, tapi kemudian itu jadi battle ground kita seperti di Timur Tengah dan sebagainya. Jadi posisi kita tentu adalah posisi peace maker."
Sementara itu, saat menjawab isu yang menyebut bahwa Indonesia mungkin akan memihak pada China karena negara yang dipimpin Presiden Xi Jinping itu banyak menyuntikkan dana investasi ke Indonesia, Dahnil mengatakan bahwa hal itu tidak akan mempengaruhi posisi RI.
"Saya pikir tidak ada kaitannya dengan itu. Amerika juga adalah sahabat strategis kita. Juga kemudian apakah kemudian kita berpihak kepada Amerika? Itu tidak ada posisi terkait dengan itu." paparnya.
"Yang jelas kita selalu kembali kepada konstitusi kita dan upaya kita melakukan diplomasi perdamaian kita maksimalkan. Apakah kita didengar? Apakah hasilnya bagaimana nantinya, setidaknya upaya-upaya ini terus kita lakukan."
Pernyataan itu disampaikan Dahnil setelah militer AS dan China sama-sama menguatkan kehadiran di kawasan yang disengketakan banyak negara itu.
![]() Militer AS di Laut Cina Selatan (Tangkapan layar twitter @USPacificFleet) |
Sebagaimana diketahui, dalam beberapa bulan terakhir, angkatan laut China telah sering melakukan latihan militer di kawasan yang sebagian besar diklaimnya itu. Namun, latihan militer itu telah mengancam keselamatan kapal-kapal legal yang berlayar di perairan.
Di sisi lain, AS juga terus berpatroli di kawasan dengan alasan bahwa apa yang dilakukan China bisa membahayakan kapal-kapal di kawasan sehingga mereka perlu memastikan keamanan dan keterbukaan di kawasan. AS juga terus menegaskan bahwa klaim China atas sebagian besar wilayah di Laut China Selatan sebagai hal ilegal dan melanggar hukum internasional.
Aksi kedua negara itu pun menuai perhatian dunia sebab dikhawatirkan akan memicu lahirnya konfrontasi militer, sebagaimana disampaikan Collin Koh Swee, peneliti dari Singapura beberapa waktu lalu.
"Meski konflik bersenjata antara AS-China sangat kecil secara perhitungan, kami melihat aset militer mereka beroperasi secara teratur dan tinggi di wilayah maritim yang sama," kata nya, menurut laporan AFP.
"Interaksi dari aset-aset kedua pihak yang bersaing ini bisa menciptakan peluang ... sengaja atau tidak sengaja yang berpotensi membakar dan meningkatkan eskalasi. Ini adalah risiko yang tak bisa didiskon."
(res)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awas! Perang AS-China Bepotensi Tinggi di Laut China Selatan
