Internasional

Konflik India vs China, Apakah Pakistan Bakal Ikut Campur?

tahir saleh, CNBC Indonesia
04 July 2020 22:58
Indians burn an effigy of Chinese President Xi Jinping during a protest against China in Ahmedabad, India, Thursday, June 18, 2020. Twenty Indian troops were killed in a clash with Chinese soldiers in the Galwan Valley area Monday night that was the deadliest conflict between the sides in 45 years. (AP Photo/Ajit Solanki)
Foto: Orang India membakar patung Presiden Tiongkok Xi Jinping dalam sebuah protes terhadap China di Ahmedabad, India (AP/Ajit Solanki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Para ahli meyakini bahwa pertikaian militer antara pasukan China dan India di wilayah Himalaya yang disengketakan di Kashmir berhasil menjadikan daerah di Asia Selatan ini sebagai hotspot paling berbahaya dalam perang dingin baru antara Beijing dan saingannya di Asia yang disokong Amerika Serikat (AS) ini.

Dengan mengerahkan pasukan ke Lembah Galwan di Ladakh, wilayah Kashmir paling utara yang diklaim India, China dinilai secara signifikan meningkatkan tensi perselisihan yang sudah ada sebelumnya antara India dan Pakistan yang memicu konflik lebih lanjut di Asia Selatan.

Hal ini diungkapkan para ahli ini, dalam rubrik Week In Asia, dilansir South China Morning Post, dalam serangkaian wawancara.

Pada Senin (16/6/2020), sebanyak 20 puluh tentara India, termasuk seorang perwira, tewas dalam pertempuran tangan kosong yang ganas di Lembah Galwan.

Indians trample on a burning effigy of Chinese President Xi Jinping during a protest against China in Ahmedabad, India, Thursday, June 18, 2020. Twenty Indian troops were killed in a clash with Chinese soldiers in the Galwan Valley area Monday night that was the deadliest conflict between the sides in 45 years. (AP Photo/Ajit Solanki)Foto: Orang-orang India menginjak-injak patung Presiden Cina Xi Jinping yang terbakar selama protes terhadap China di Ahmedabad, India (AP/Ajit Solanki)

India mengatakan pihak China juga menderita korban, tetapi pemerintah China belum mengungkapkan jumlah korban yang diklaim India. Bentrokan itu merupakan puncak dari ketegangan kedua negara di kawasan Lembah Galwan, Himalaya. Bagi India kawasan sengketa ini masuk di kawasan Ladakh. Sedangkan bagi China kawasan itu disebut Aksai Chin, Xinjiang.

Ladakh adalah satu dari tiga wilayah yang memang diistilahkah secara politik sebagai Kashmir, yakni Jammu, Kashmir, dan Ladakh. Lokasinya di utara sub-benua India.

Kenapa konflik dengan China kemudian memunculkan Pakistan?

Tom Hussain, jurnalis yang berbasis di Islamabad, Pakistan, dan juga dikenal sebagai analis politik Pakistan, dalam tulisannya di South China Morning Post, mengungkapkan potensi konflik yang bisa meletus antara India dan Pakistan.

Sejak India diduga melancarkan serangan udara ke kamp pelatihan gerilyawan di Pakistan pada Februari 2019, dan secara terpisah mencaplok bagian dari Kashmir yang diklaim pada Agustus lalu, hubungan musuh abadi di Asia Selatan ini telah menjadi yang paling tegang sejak terakhir mereka berperang pada 1999.

Sejarah mencatat, terjadi Perang Kargil atau disebut Konflik Kargil. Konflik bersenjata antara India dan Pakistan ini terjadi pada Mei dan Juli 1999 di Distrik Kargil, Kashmir.

Pemicu perang ini ialah masuknya pasukan Pakistan dan militan Kashmir ke wilayah India di Line of Control (LOC). LOC adalah perbatasan yang ditetapkan secara de facto antara kedua negara.

An Indian army soldier guards atop one of the vehicles as an army convoy moves on the Srinagar- Ladakh highway at Gagangeer, north-east of Srinagar, India, Wednesday, June 17, 2020. Indian security forces said neither side fired any shots in the clash in the Ladakh region late Monday that was the first deadly confrontation on the disputed border between India and China since 1975. China said Wednesday that it is seeking a peaceful resolution to its Himalayan border dispute with India following the death of 20 Indian soldiers in the most violent confrontation in decades. (AP Photo/Mukhtar Khan)Foto: Tentara India menjaga di jalan raya Srinagar-Ladakh di Gagangeer, timur laut Srinagar, India (AP/Mukhtar Khan)
An Indian army soldier guards atop one of the vehicles as an army convoy moves on the Srinagar- Ladakh highway at Gagangeer, north-east of Srinagar, India, Wednesday, June 17, 2020. Indian security forces said neither side fired any shots in the clash in the Ladakh region late Monday that was the first deadly confrontation on the disputed border between India and China since 1975. China said Wednesday that it is seeking a peaceful resolution to its Himalayan border dispute with India following the death of 20 Indian soldiers in the most violent confrontation in decades. (AP Photo/Mukhtar Khan)

India dan Pakistan punya hubungan sejarah panjang. India dan Pakistan pernah dijajah Inggris selama puluhan tahun. Saat India merdeka pada 15 Agustus 1947, Inggris lalu melepaskan kendalinya atas India, lalu India terpecah menjadi mayoritas Hindu dan Pakistan dengan mayoritas Islam dan menjadi Republik Islam pada 23 Maret 1956.

Dahulu Pakistan masih Pakistan Timur dan Pakistan Barat, lalu Pakistan Timur memisahkan diri menjadi Bangladesh pada 16 Desember 1971.

Akibat konflik yang memanas Februari 2019, kedua belah pihak memanggil duta besar mereka masing-masing dan menangguhkan komunikasi bilateral kedua negara ini sejak tahun lalu. Bahkan pekan lalu, keduanya mengusir setengah dari staf negara masing-masing dari kedutaan mereka di Islamabad dan New Delhi melalui pertikaian spionase tersebut.

Dengan masuknya China ke perebutan wilayah Kashmir untuk pertama kalinya sejak Tiongkok mengalahkan India dalam perang perbatasan tahun 1962, para ahli percaya keributan antara China, India, Pakistan hanya masalah waktu.

"Saya pikir konflik [tiga negara] kemungkinan nyata. Bagi China, tak ada insentif memulai perang dengan India atas Kashmir. Tapi ada masalah yang lebih besar untuk dihadapi dan soal wilayah Line of Actual Control [LAC] atau Garis Kontrol Aktual kemungkinan menjadi pemicunya," kata Harsh V. Pant, profesor hubungan internasional di King's College London, dilancir South China Morning Post.

LAC adalah garis perbatasan sengketa yang tidak ditentukan sepanjang 4.000 km antara China dan India, membentang dari Ladakh di barat ke Bhutan di wilayah timur.

Sementara itu, perbatasan India yang dipersengketakan dengan Pakistan di Kashmir dikenal sebagai The Line of Control (LOC), dibatasi oleh PBB pada tahun 1949.

LOC mengacu pada garis kendali militer antara bagian Jammu dan Kashmir yang dikendalikan oleh India dan Pakistan, garis yang bukan batas internasional yang diakui secara hukum, tapi menjadi perbatasan secara de facto. Sebelumnya dikenal sebagai Gars Gencatan Senjata.

LOC dan LAC dipisahkan oleh wilayah Pass Karakoram, berada tepat di barat Lembah Galwan. Di sisi lain, ada celah yang terletak Gletser Siachen, titik yang tidak ditentukan di sebelah paling utara LOC. Lokasi itu dikenal menjadi medan pertempuran tertinggi di dunia setelah terjadi perebutan oleh India pada tahun 1984 dan memicu 20 tahun pertempuran dengan Pakistan.

"Kita tidak bisa menceraikan krisis Ladakh dari perselisihan Kashmir. Selama LAC tegang, dan kemungkinan akan tegang di masa mendatang, LOC berpotensi menjadi lebih panas," kata Michael Kugelman, rekan senior Asia Selatan di Wilson Center, lembaga think tank yang berbasis di Washington.

Namun, menurut Rabia Akhtar, Direktur Pusat Penelitian Keamanan, Strategi dan Kebijakan di Universitas Lahore, belum ada tanda-tanda kolusi militer oleh China dan Pakistan versus India di Kashmir.

"Secara teori, India mungkin telah mempersiapkan perang dua front, tetapi tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa Pakistan dan China sedang mempersiapkan untuk itu atau bahwa interoperabilitas [kapabilitas] ada atau direncanakan untuk melawan perang semacam itu dengan India," kata Akhtar, yang juga merupakan anggota dewan penasihat Perdana Menteri Pakistan Imran Khan untuk urusan luar negeri.

Saat berpidato di konferensi video pekan lalu, pensiunan Letnan Jenderal Athar Abbas, mantan Kepala Juru Bicara militer, mengatakan Pakistan tidak berminat untuk bergabung dengan China untuk berperang dua-front melawan India.

Alasannya, konflik antara tiga negara senjata nuklir ini tidak akan terbatas pada tiga negara ini, berpotensi meluas, dan kemungkinan akan meningkat menjadi perang yang lebih luas melibatkan AS dan kekuatan lainnya.

The Stockholm International Peace Research Institute (Sipri) atau Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm, dalam buku tahunannya yang diterbitkan pada 15 Juni, mengatakan China, India dan Pakistan terus memodernisasi persenjataan strategis mereka guna mengantisipasi ancaman yang timbul dari saingan mereka.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Panas India Vs China, Mungkinkah Pecah Perang di Himalaya?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular