Sengketa Perbatasan Himalaya, China-India Gencatan Senjata?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
11 September 2020 14:49
A Kashmiri Bakarwal nomad walks as an Indian army convoy moves on the Srinagar- Ladakh highway at Gagangeer, north-east of Srinagar, Indian controlled Kashmir, Thursday, June 18, 2020. India on Thursday cautioned China against making
Foto: China - India (AP Photo)

Jakarta, CNBC Indonesia - China dan India sepakat untuk mengurangi ketegangan di perbatasan Himalaya yang disengketakan. Mereka juga sepakat mengambil langkah pemulihan perdamaian dan ketenangan antara dua negara.

Hal ini disampaikan melalui pernyataan bersama Menteri luar negeri India, S. Jaishankar dan Menteri luar negeri China, Wang Yi pada sela-sela pertemuan diplomatik tingkat tinggi Organisasi Kerjasama Shanghai (Shanghai Cooperation Organisation/SCO) di Moskow, Rusia pada Kamis (10/9/2020).

"Kedua Menteri Luar Negeri sepakat bahwa situasi di daerah perbatasan saat ini tidak menguntungkan kedua belah pihak, kata mereka dalam pernyataan itu pada Jumat (11/9/2020), seperti dikutip dari Reuters.

"Karena itu mereka setuju bahwa pasukan perbatasan dari kedua belah pihak harus melanjutkan dialog mereka, segera melepaskan diri, menjaga jarak yang tepat dan meredakan ketegangan," lanjut keterangan tersebut.

Kesepakatan antara kedua negara saat itu mencapai konsensus lima poin, termasuk kesepakatan bahwa situasi perbatasan saat ini tidak sesuai dengan kepentingan mereka dan bahwa pasukan dari kedua belah pihak harus segera melepaskan diri dan meredakan ketegangan.

Konsensus itu dicapai setelah terjadi bentrokan di daerah perbatasan di Himalaya barat awal pekan ini. China dan India menuduh satu sama lain menembak ke udara selama konfrontasi, pelanggaran protokol lama untuk tidak menggunakan senjata api di perbatasan tersebut.

Wang mengatakan kepada Jaishankar selama pertemuan bahwa "keharusannya adalah segera menghentikan provokasi seperti penembakan dan tindakan berbahaya lainnya yang melanggar komitmen yang dibuat oleh kedua belah pihak," kata kementerian luar negeri China dalam sebuah pernyataan.

Selain itu, Wang juga mengatakan kepada Jaishankar semua personil dan peralatan yang telah masuk tanpa izin di perbatasan harus dipindahkan dan pasukan perbatasan di kedua sisi "harus segera melepaskan diri" untuk meredakan situasi.

Namun komentar tersebut kontras dengan unjuk kekuatan baru-baru ini oleh militer China. Tabloid milik Partai Komunis China, Global Times, melaporkan pada Rabu (9/9/2020) bahwa Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) sedang memindahkan tentara, pembom, dan kendaraan lapis baja ke perbatasan.

Media pemerintah China juga baru-baru ini melaporkan latihan lompat bersenjata oleh pasukan terjun payung PLA di Tibet. Global Times mengatakan dalam editorial yang diterbitkan Kamis malam bahwa setiap pembicaraan dengan India harus dipasangkan dengan "kesiapan perang".

"Pihak China harus sepenuhnya siap untuk mengambil tindakan militer ketika keterlibatan diplomatik gagal, dan pasukan garis depannya harus mampu menanggapi keadaan darurat, dan siap untuk berperang kapan saja," kata surat kabar itu.

"India memiliki kepercayaan diri yang abnormal dalam menghadapi China. Itu tidak memiliki kekuatan yang cukup. Jika India diculik oleh kekuatan nasionalis ekstrim dan terus mengikuti kebijakan radikal China, itu akan membayar harga yang mahal."

Saham perusahaan terkait pertahanan turun di China pada Jumat pagi setelah berita tersebut muncul, dengan Indeks Industri Pertahanan Nasional CSI turun 1,2% dan berada di jalur penurunan mingguan tertajam sejak 12 Oktober 2018. Sementara saham Tongyu Heavy Industry anjlok sebanyak 16,4%.


(wia/wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Panas India Vs China, Mungkinkah Pecah Perang di Himalaya?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular