
Sedih! Mimpi Buruk Rupiah Dilibas Mata Uang Asia

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) alias greenback dalam sepekan terakhir dan menjadi yang terburuk di kawasan Benua Kuning.
Pelemahan mata uang Garuda yang sebesar 2,12% menjadikan rupiah dibanderol pada Rp 14.450/US$ di pasar spot pada Jumat kemarin (3/7/2020). Rupiah juga melemah selama 7 hari berturut-turut lawan greenbcak. Sedangkan mata uang yang paling menguat sepekan ini terhadap dolar AS yaitu rupee India yang menguat 1,31%.
Sementara secara head-to-head atau satu lawan satu terhadap mata uang Asia lainnya lagi-lagi rupiah masih menunjukkan keterpurukannya. Hal ini terlihat dari tabel di bawah.
Mata uang Garuda tidak satu pun mengalami penguatan terhadap mata uang Asia lainnya, dimana rupiah paling menderita kerugian terhadap rupee India yang melemah sebesar 3,47%, sementara pelemahan paling kecil yaitu terhadap dolar Singapura sebesar 2,01%.
Kurs rupiah merosot akibat kecemasan pelaku pasar akan kemungkinan naiknya inflasi di Indonesia. Hal ini terjadi setelah Bank Indonesia (BI) pada hari Senin lalu setuju "sharing the pain" dengan pemerintah dalam rangka memerangi pandemi penyakit virus corona (Covid-19). BI setuju untuk membeli obligasi pemerintah tanpa bunga alias zero coupon.
Ahli strategi mata uang di DailyFX, Margaret Yang, sebagaimana dikutip Reuters mengatakan saat bank sentral di negara berkembang membeli obligasi pemerintahnya dengan mata uang sendiri, maka akan menciptakan inflasi.
"Bank Sentral AS (The Fed) melakukan hal yang sama, tetapi situasinya berbeda karena dolar AS adalah mata uang dunia, jadi uang tidak hanya beredar di Amerika Serikat, tetapi juga keseluruh dunia," katanya.
Ketika inflasi meningkat, maka daya tarik investasi di Indonesia menjadi menurun, sebab real return yang dihasilkan menjadi lebih rendah. Belum lagi BI diprediksi akan kembali memangkas suku bunga acuannya, sehingga yield yang dihasilkan dari berinvestasi di pasar obligasi misalnya akan lebih rendah lagi.
Saat mengumumkan pemangkasan suku bunga 25 basis poin (bps) menjadi 4,25% pertengahan Juni lalu, BI memang membuka peluang akan kembali memangkas 7 Day Reserve Repo Rate tersebut.
Sementara itu, tren laju penambahan kasus Covid-19 di Indonesia yang masih tinggi juga menjadi sentimen negatif. Berdasarkan data pada 3 Juli 2020 kemarin per pukul 12.00 WIB jumlah kasus konfirmasi positif virus corona di Tanah Air naik 1.301 menjadi 60.695.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(har/har)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article FYI! Rupiah & Mayoritas Mata Uang Asia Kalahkan Dolar AS