
Gegara Asing Kabur Rp 144 T, Harga Obligasi RI Sepekan Merana

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah Indonesia yang bertenor 10 tahun selama sepekan ini terkoreksi 0,54% dengan kenaikan yield 3,9 basis poin (bps) menjadi 7,233% di tengah aksi jual asing akibat pandemi virus corona. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield menjadi acuan keuntungan investor di pasar surat utang dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Koreksi obligasi seiring dengan aksi jual asing di pasar di pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 6,13 triliun pada periode 29 Juni - 2 Juli 2020.
Sepanjang 2020, investor asing masih 'kabur' dari pasar keuangan Indonesia. Arus modal keluar mencapai lebih dari Rp 144 triliun.
Bank Indonesia (BI) melaporkan, sejak akhir 2019 hingga Kamis kemarin investor asing melakukan jual bersih (net sell) sebesar Rp 144,22 triliun. Ini terdiri dari pasar saham dan obligasi negara atau Surat Berharga Negara (SBN).
"Berdasarkan data transaksi 29 Juni-2 Juli 2020, nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp7,81 triliun, dengan jual neto di pasar SBN sebesar Rp 6,13 triliun dan jual neto di pasar saham sebesar Rp 1,68 triliun. Berdasarkan data setelmen selama 2020 (ytd), nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp 144,22 triliun," sebut keterangan tertulis BI, Jumat (3/7/2020).
Selain itu, pelemahan obligasi juga di saat aset berisiko justru mendapatkan manfaat dari kabar menggembirakan seputar vaksin virus corona yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi AS Pfizer dan bioteknologi Jerman BioNTech.
Menurut laporan CNBC International, sebuah studi tentang kandidat vaksin virus corona yang sedang dikembangkan oleh Pfizer dan BioNTech menunjukkan obat itu menciptakan antibodi penawar.
Euforia seputar vaksin corona membuat investor dan pelaku pasar beramai-ramai masuk ke aset berisiko hal ini tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepekan ini yang naik sebesar 69,7 poin atau 1,42% ke level 4.973,79. Ketika ekuitas menjadi pilihan, maka aset pendapatan tetap (fixed income) ini cenderung ditinggalkan.
Kendati demikian, investor sebenarnya masih tertarik terhadap obligasi RI yang memberikan tingkat yield cenderung lebih tinggi dibandingkan negara lainnya.
Mengacu dari hasil lelang tujuh seri Surat Utang Negara (SUN) yang masuk Selasa lalu (30/6/2020), permintaan yang masuk melewati target indikatif. Artinya minat investor terhadap obligasi pemerintah cukup baik, dengan kelebihan permintaan (oversubscribed) sebanyak 3,6 kali.
Target indikatif pada lelang tersebut sebesar Rp 20 triliun dengan target maksimal sebesar Rp 40 triliun, permintaan yang masuk senilai Rp 72,03 triliun, dan pemerintah memenangkan sebesar Rp 20,5 triliun dari tujuh seri tersebut, mengacu data DJPPR Kementerian Keuangan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(har/har)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Asing Mulai Masuk Obligasi RI, Setelah Sempat Keluar Rp 114 T