
Kasus Corona RI Rekor Lagi, Jangan-jangan Penyebabnya Ini...

Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa perluasan penyebaran virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini akibat semakin mengendurnya disiplin masyarakat Indonesia dalam menjaga jarak. Padahal seperti diketahui, virus corona amat menyukai kerumunan. Virus akan mudah menyebar kala interaksi dan kontak antar-manusia semakin tinggi.
Kedisiplinan dalam menjaga jarak bisa dipantau dari perkembangan Social Distancing Index yang disusun oleh Citi. Semakin angkanya menjauhi nol, berarti masyarakat semakin patuh, semakin berjarak. Sebaliknya jika kian dekat dengan nol, maka masyarakat semakin dekat, tidak taat menjaga jarak.
Pada 27 Juni 2020, skor Social Distancing Index Indonesia ada di -22 sementara sepekan sebelumnya adalah -25. Semakin dekat dengan nol, berarti warga +62 bukannya menjaga jarak tetapi malah semakin ikrib.
Mengendurnya disiplin menjaga jarak di Indonesia terlihat di seluruh tempat yaitu perkantoran, stasiun/terminal transportasi publik, pusat perbelanjaan dan rekreasi, serta pasar swalayan dan rumah obat. Di tempat kerja, tingkat keramaian pada 14 April turun 38% ketimbang hari biasa tetapi pada 27 Juni berkurang menjadi 20%. Kemudian di lokasi transit transportasi massal, tingkat keramaian pada 14 April turun 57% dibandingkan saat normal dan pada 27 Juni berkurang menjadi 40%.
Sedangkan di lokasi perbelanjaan dan rekreasi, tingkat keramaian pada 14 April turun sampai 38% daripada hari-hari biasa dan pada 17 Juni berkurang menjadi 23%. Lalu di pasar swalayan dan rumah obat, tingkat keramaian pada 14 April turun 21% dan pada 27 Juni berkurang menjadi -7%.
![]() |
"Perlu ada adaptasi kebiasaan baru yang memastikan kita aman dari Covid-19. Selalu upayakan jaga jarak fisik setidaknya lebih dari satu meter, menggunakan masker untuk menghindari percikan droplet orang positif.
"Mencuci tangan adalah hal penting. Kadang menjaga jarak sulit misalnya di transportasi umum, di saat ini gunakan masker, cuci tangan dengan sabun dan air. Permasalahan ini belum bisa diatasi dengan kekebalan buatan dari vaksin," tambah Yurianto.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji)[Gambas:Video CNBC]