
Anies Sebut Transportasi Jadi Penularan Covid, Ini Faktanya

Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengungkapkan pasar dan transportasi umum sering menjadi tempat penularan covid-19. Bagaimana sebenarnya di lapangan?
Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar membantah kesan bahwa transportasi umum sebagai sering sumber penularan Covid-19. Dia mengaku bekerja sama dengan ITB terkait hal ini.
Berdasarkan hasil studi, dia bilang tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa transportasi umum rentan penyebaran Covid-19. Studi tersebut, dia menjelaskan, membandingkan sejumlah fenomena yang terjadi di beberapa negara.
"Karena ada image yang selama ini mengatakan, layanan transportasi publik itu mudah terpapar. Ya mudah kalau Protokol kesehatannya tidak diterapkan. Tetapi studi membuktikan bahwa, ada ketakutan bahwa Transportasi umum itu sumber infeksi Covid-19 itu sebenarnya tidak terbukti. Jadi kemarin sudah dipaparkan tim ahli ITB," ujarnya di Jakarta, Kamis (2/7/20).
Dia melanjutkan, sejumlah fakta terkuak, misalnya yang terjadi di Hong Kong. Dengan jumlah penduduk 7,5 juta orang, Hong Kong bergantung pada transportasi umum.
"Kita bisa lihat bahwa kasus di sana hanya 1.100 kasus. Ini 1/10 dari jumlah di Kansas yang bergantung pada kendaraan kendaraan bermotor. Ini penduduknya kurang dari setengahnya Hong Kong," imbuhnya.
Selanjutnya, contoh lain ada di New York. Dikatakan bahwa di kawasan Manhattan yang padat dan tergantung pada subway, memiliki tingkat infeksi yang lebih rendah daripada Staten Island yang didominasi oleh penggunaan mobil. Fakta ini, menurutnya membuktikan image atau stigma yang mengatakan transportasi publik tempat penyebaran Covid-19 tidaklah benar.
"Jepang yang memiliki beberapa jaringan kereta tersibuk di dunia ini sangat sedikit infeksinya, hanya sekitar 17 ribu, kurang dari 1%," tandasnya.
Dia menegaskan bahwa yang paling penting dalam mencegah penyebaran Covid-19 adalah penerapan protokol kesehatan. Karena itu, dia menekankan pentingnya disiplin menggunakan masker, menjaga jarak, cuci tangan, dan menerapkan seluruh protokol kesehatan.
"Jadi kalau seluruh protokol kesehatan diberlakukan konsisten, di manapun kita berada itu bisa dipastikan keterpaparan Covid-19 tidak akan terjadi kalau kita bisa memastikan. Tetapi kalau protokol kesehatan tidak baik, anda berada di tempat paling aman sekalipun, potensi keterpaparan itu tetap terjadi," bebernya.
Menurutnya, transportasi umum tidak menjadi sumber infeksi jika seluruh protokol dipenuhi. Selain itu, perlu adanya perlindungan khusus kepada petugas.
Catatan penting lainnya adalah perlu meningkatkan fentilasi udara sehingga udara yang masuk tersirkulasi baik. Lalu juga meningkatkan frekuensi layanan dan mengurangi kepadatan.
"Kereta MRT yang biasanya 1 gerbong bisa 200-250 orang sekarang maksimal hanya 62-67 orang. Inilah yang konsisten kita jaga. Dari awal Covid-19 sejak 2 Maret sampai hari ini MRT tetap aman, tidak ada fakta atau data yang menunjukkan kasus keterpaparan terjadi di MRT," urainya.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada Jalur Baru MRT 'Belah' Jakarta, Ini Rute-Rutenya