Internasional

Kepercayaan ke China Merosot di Negara Ini, Kok Bisa?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
25 June 2020 17:57
Chinese Premier Li Keqiang, left, and Australian Prime Minister Malcolm Turnbull clap during a signing ceremony in Canberra, Friday, March 24, 2017. Prime Minister Turnbull and Premier Li oversaw the signing of bilateral agreements that will expand their two-year-old free trade pact. (Mick Tsikas/AAP Image via AP)
Foto: Australia-China AP/Mick Tsikas

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah krisis pandemiĀ virus corona (Covid-19) dan memanasnya hubungan kedua negara, kepercayaan warga Australia terhadap China turun ke rekor terendah. Ini terungkap dari jajak pendapat nasional tahunan lembaga think tank Lowy Institute.

Hanya ada 23% orang mengatakan mereka "percaya" China "agak atau banyak untuk bertindak secara bertanggung jawab di dunia". Angka ini menurun drastis dibandingkan dengan 52% hasil jajak pendapat sama yang dilakukan pada 2018.



Jajak pendapat yang dilakukan pada Maret 2020 ini, mensurvei lebih dari 2.400 warga Australia. Lebih dari separuh responden mengatakan hubungan Australia dengan Amerika Serikat lebih penting daripada hubungan dengan China.

Menurut jajak pendapat, sebagian besar warga Australia mengatakan negara mereka harus mengurangi ketergantungannya pada China.

Meskipun lebih dari setengah melihat China sebagai "mitra ekonomi" daripada "ancaman keamanan" mayoritas 94% mengatakan bahwa pemerintah harus menemukan pasar lain sehingga Australia dapat "mengurangi ketergantungan ekonomi kita pada China", menurut laporan Lowy Institute.

"Hubungan kami dengan Tiongkok sedang diuji oleh negara-partai yang semakin tegas," kata penulis laporan Lowy dikutip dari CNBC International.

"Sekutu besar kita, AS sudah mengisolasi diri di bawah kepresidenan Donald Trump. Sekarang, di tengah-tengah pandemi, ini terlihat sangat tidak sehat."

"Sebagian besar orang Australia terus percaya bahwa aliansi kami dengan AS penting bagi keamanan kami. Tetapi kepercayaan di Amerika Serikat telah mandek, dan sedikit orang Australia yang percaya pada Presiden Trump," tambah laporan tersebut.

Terlepas dari kekuatiran mereka terhadap China, lebih banyak warga Australia (31%) mengatakan Beijing telah menangani wabah virus corona dengan "baik", dibandingkan dengan hanya 10% yang mengatakan hal yang sama tentang penanganan oleh AS.

Ketegangan antara China dan Australia meningkat tajam setelah pemerintah Negeri Kanguru meminta penyelidikan independen mengenai asal-usul virus corona yang pertama kali muncul di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China pada Desember 2019 lalu.



Alhasil permintaan tersebut membuat pemerintah Negeri Tirai Bambu marah, dan membalasnya dengan menangguhkan impor daging sapi Australia dan membanderol jelai Australia dengan tarif besar. Tak berhenti di situ, China juga menargetkan produk-produk Australia lainnya.

Pemerintah China juga menyarankan warganya untuk berhenti bepergian ke Australia dan memperingatkan para siswanya agar tidak memilih negara tersebut untuk mengenyam pendidikan dengan alasan diskriminasi rasial.

Tentu manuver yang dikeluarkan China merugikan Australia. China sendiri merupakan mitra dagang terbesar Australia, yang membeli sepertiga dari semua yang diekspor Australia, termasuk pertanian dan komoditas seperti bijih besi dan anggur.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Seberapa Menderitanya Australia Jika Ditinggal Pelajar China?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular