
Suram! IMF Ramal Ekonomi RI 2020 Bisa Minus

Jakarta, CNBC Indonesia - Dana Moneter Internasional (IMF) kembali merilis proyeksi ekonomi globalnya yang terbaru. Kali ini proyeksi IMF jauh lebih suram dibanding perkiraan sebelumnya.
Pada April lalu, IMF merilis World Economic Outlook (WEO) yang bertajuk The Great Lockdown. Dalam laporan tersebut, lembaga yang bermarkas di Washington DC itu memperkirakan perekonomian global bakal terkontraksi sebesar 3% di tahun ini.
Wabah coronavirus disease 2019 (Covid-19) yang awalnya muncul di Wuhan, Provinsi Hubei China telah menyebar luas ke berbagai penjuru dunia. Skala yang besar dan laju transmisi yang tinggi membuat WHO mendeklarasikan tragedi kemanusiaan ini sebagai pandemi.
Banyak negara yang mengikuti langkah China untuk menekan penyebaran melalui karantina wilayah (lockdown). Mulai dari negara maju hingga negara berkembang memilih lockdown sebagai langkah penanganan pandemi Covid-19.
Lebih dari 3 miliar orang harus terkurung di dalam rumah dan ruang geraknya terbatas. IMF menyebut fenomena ini sebagai 'The Great Lockdown'. Disrupsi rantai pasok yang terjadi hingga pelemahan permintaan menjadi pukulan ganda (double hit) bagi perekonomian global.
Namun tak sampai dua bulan berselang, IMF merevisi turun angka pertumbuhan ekonomi globalnya dari minus 3% menjadi minus 4,9%. Artinya ada revisi turun sebesar 1,9 poin persentase.
Ada beberapa alasan mendasar mengapa IMF menjadi lebih pesimis kali ini. Risiko ketidakpastian terkait kapan berakhirnya pandemi masih menjadi sorotan utama lembaga keuangan bentukan perjanjian Bretton Wood 1944 silam.
Di sisi lain IMF juga menggaris bawahi perihal lain yang membuat para ekonomnya jadi lebih pesimistis memandang perekonomian dunia untuk tahun 2020 ini.
Data PDB kuartal pertama yang lebih buruk dari perkiraan, turunnya konsumsi masyarakat dan output jasa, mobilitas yang masih terbatas, angka pengangguran yang melonjak signifikan hingga lebih dari 200 juta orang, kontraksi pada volume perdagangan hingga inflasi yang lemah membuat IMF merevisi turun proyeksinya.
Pertumbuhan ekonomi negara-negara maju diperkirakan mengalami kontraksi sebesar minus 8% di 2020 atau 1,9 poin persentase lebih rendah dibandingkan proyeksi sebelumnya.
Sementara itu proyeksi pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang juga dipangkas oleh IMF sebesar 2,8 poin persentase atau lebih besar dari negara-negara maju. Jika ekonomi China tak dimasukkan maka proyeksi pertumbuhan ekonomi negara berkembang terpangkas 3,6 poin persentase.
Resesi global yang terjadi kali ini jauh lebih hebat dari krisis keuangan global yang terjadi pada 2008 silam. Krisis kali ini murni dipicu oleh krisis kesehatan yang merembet ke sektor riil hingga ke sektor keuangan dan berakhir dengan menginfeksi seluruh perekonomian suatu negara dan menjadi tereskalasi ke berbagai penjuru dunia.