
Ssst! Masih Ada Pengusaha Kuat di Tengah Ancaman Resesi & PHK

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia masih berpotensi masuk ke zona resesi bila kondisi ekonomi kuartal III-2020 masih tetap minus. Apalagi IMF memprediksi ekonomi Indonesia pada 2020 bakal minus 0,3%.
Kondisi ini akan berdampak pada efek berantai termasuk pemutusan hubungan kerja (PHK) gelombang kedua.
Pengusaha memperkirakan arus kas atau cashflow mereka habis di akhir Juni 2020. Bila pembukaan ekonomi pada fase new normal tak punya dampak besar, maka tak banyak pengusaha yang kuat menahan tekanan. Sehingga geliat ekonomi pada fase new normal sangat menentukan.
Wakil Ketua Kadin Indonesia bidang Industri Johnny Darmawan mengatakan memang cashflow para pengusaha banyak yang sudah berdarah-darah di akhir Juni ini sehingga sulit membuka atau mempertahankan usahanya kembali. Namun, ada juga pengusaha-pengusaha yang memang tetap kuat, apalagi dengan adanya new normal, saat ekonomi mulai dibuka lagi.
"Mereka adalah pengusaha-pengusaha yang kuat, siapa mereka? ya para konglomerat lah," kata Johnny kepada CNBC Indonesia, Kamis (25/6).
Selain para konglomerat yang arus kuasnya masih kuat, juga beberapa perusahaan farmasi hingga tekstil yang dapat berkah dari produksi alat pelindung diri (APD). Selain itu, sebagian kecil ada dari pengusaha makanan dan minuman.
Sebelumnya Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengatakan sesuai prediksi, cashflow para pengusaha umumnya sudah habis akhir Juni 2020. "Napasnya sudah habis akhir Juni ini, terutama pengusaha-pengusaha UMKM ya," kata Hariyadi kepada CNBC Indonesia, Kamis (25/6).
Namun, apakah benar 'napas' pengusaha konglomerat bisa lebih panjang?
Jauh sebelumnya, CEO PT Adaro Energy Tbk Garibaldi Thohir smepat bercerita bila pandemi covid-19 berkepanjangan, tak ada jaminan para pengusaha kuat bisa tetap bertahan.
"Yang paling penting kami sebagai pengusaha ataupun perusahaan adalah cashflow. Alhamdulillah Adaro so far cashflow terkelola dengan baik, tapi kalau kondisi ini berlarut perusahaan sekuat apapun tidak mungkin akan kuat," katanya kepada CNBC Indonesia, lewat sambungan telepon, Senin (27/4)
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sempat mengungkapkan jika Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) telah direlaksasi namun publik tidak spending alias berbelanja maka Indonesia bisa jatuh ke jurang resesi.
Dalam proyeksi Kemenkeu, dengan adanya biaya penanganan Covid-19 yang mulai tersalurkan dan PSBB yang direlaksasi namun dengan dukungan belanja maka kuartal III dan IV PDB bisa tumbuh 1,4%.
"Tapi kalau dalam [dengan asumsi tidak berbelanja] bisa -1,6%. Itu technically bisa resesi. Kalau kuartal III negatif dan secara teknis Indonesia bisa masuk ke zona resesi," papar Sri Mulyani dalam perbincangannya dengan Komisi XI DPR, Senin (22/6/2020).
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 'Hantu' Resesi di RI, Pengusaha: Kondisi Lapangan Masih Berat