'Hantu' Resesi di RI, Pengusaha: Kondisi Lapangan Masih Berat

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
25 June 2020 15:21
Suasana pekerja jasa servis telepon seluler di Pusat Grosir Cililitan (PGC), Jakarta Tmur, Kamis (28/5/2020). CNBC Indonesia/Tri Susilo
Wabah virus korona membuat masyarakat beraktivitas tidak seperti biasanya, seperti para penjual jasa servis telepon Pusat Grosir Cililitan (PGC) yang sampai turun ke jalan.

Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menyebabkan para penjual jasa servis telepon genggam di PGC menawarkan jasanya sampai ke tepi jalan karena larangan membuka gerai di mal tersebut.

Para penjual jasa layanan yang dapat ditunggu, tidak hanya itu, mereka juga menyediakan jaminan untuk semua merek telepon keamanan.   

Para pemilik kios servis telepon genggam di Mall Pusat Grosir Cililitan (PGC) terpaksa menawarkan jasanya di pinggir jalan. Mereka harus tetap bayar biaya sewa kios 50 persen. Sementara pamasukan tidak ada.  

Indra memiliki 3 kios tempat servis HP di Mall PGC, dan telah bertahun-tahun menjalankan aktifitas menawarkan jasa tersebut. Dengan kondisi Pandemik Covid-19, selain berdiam diri dipinggir jalan menunggu pelanggan, ia juga menggunakan cara promosi dan pemberitahuan lewat media sosial dan aplikasi percakapan WA.
Foto: Jasa Service HP Turun ke Jalanakibat Pusat Grosir Cililitan (PGC) Tutup (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia masih berpotensi masuk ke zona resesi bila kondisi ekonomi kuartal III-2020 masih tetap minus. Apalagi IMF memprediksi ekonomi Indonesia pada 2020 bakal minus 0,3%.

Prediksi minusnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia tidak lepas dari daya beli masyarakat yang belum membaik. Sejumlah sektor atau bidang ekonomi belum berjalan optimal. Masyarakat masih menahan uang untuk tak dibelanjakan dulu.

"Beberapa hari lalu APINDO melakukan video conference dengan anggota-anggota asosiasi. Informasi yang kita kumpulkan dari mereka bisa kita simpulkan kondisi lapangan masih berat. Kebanyakan masih bekerja di bawah 30 persen. Pelonggaran sudah dilakukan, tetapi masih terbatas. Sejumlah mal telah dibuka tapi pengunjung terbatas," kata Ketua Bidang Kebijakan Publik Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sutrisno Iwantono kepada CNBC Indonesia, Kamis (25/6).

Proyeksi ekonomi Indonesia yang minus tidak sedalam dibanding negara-negara lain. Terutama negara maju yang harus terkoreksi sangat dalam.

"Bukan hanya Indonesia. Amerika Serikat -8%, Jepang -5,8%, Inggris -10,2%. Kalau dikatakan -0,3%, masih baik. Tapi memang karakter negara berkembang seperti Indonesia pertumbuhannya lebih tinggi dibanding negara maju," katanya.

Sementara kawasan Asia lain mencatat kontraksi, seperti India -4,5%. Namun China justru diprediksi bisa tumbuh 1%. Khusus RI, ekonomi hingga 2020 diprediksi -0,3% dan akan rebound di 2021 menjadi 6,1%.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan jika Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) telah direlaksasi namun publik tidak spending alias berbelanja maka Indonesia bisa jatuh ke jurang resesi.

Dalam proyeksi Kemenkeu, dengan adanya biaya penanganan Covid-19 yang mulai tersalurkan dan PSBB yang direlaksasi namun dengan dukungan belanja maka kuartal III dan IV PDB bisa tumbuh 1,4%.

"Tapi kalau dalam [dengan asumsi tidak berbelanja] bisa -1,6%. Itu technically bisa resesi. Kalau kuartal III negatif dan secara teknis Indonesia bisa masuk ke zona resesi," papar Sri Mulyani dalam perbincangannya dengan Komisi XI DPR, Senin (22/6/2020).

Skenario tersebut masuk ke dalam proyeksi Kemenkeu. Di mana pada kuartal III dan IV PDB akan tumbuh 1,4% sampai negatif 1,6%. "Sementara outlook seluruh tahun -0,4 sampai positif 1 persen," tegas Sri Mulyani.

Sri Mulyani menegaskan bahwa 2020 adalah tahun yang luar biasa. Bukan dalam konteks yang positif, tetapi tantangan yang sangat besar.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Resesi, Curhat Pengusaha: Kondisi Berat Hingga Terpaksa PHK

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular