'Napas' Pengusaha Mulai Habis, Gelombang PHK Kedua Telah Tiba

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
24 June 2020 08:53
Ilustrasi aktifitas pekerja kantor (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi aktifitas pekerja kantor (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kalangan pengusaha sudah jauh-jauh hari mengingatkan kemampuan arus kas atau cashflow mereka hanya bisa bertahan sampai Juni 2020. Bila tak ada perbaikan ekonomi, maka kondisi ini akan memicu soal prediksi gelombang PHK kedua, yang kini sudah terjadi pada bisnis start up seperti Gojek.

Indikasi ini dapat dilihat selain adanya kebijakan PHK terbaru, juga saat new normal berlangsung banyak pengusaha yang mengaku kesulitan untuk kembali menjalankan kegiatan bisnis antara lain bisnis perhotelan.

Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran mengungkapkan bahwa kesulitan pengusaha saat ini adalah mendapatkan cashflow. Sejumlah stimulus yang didengungkan pemerintah untuk diberikan ke pelaku usaha belum juga terasa. Hal ini sangat berbeda jika dibandingkan dengan sektor Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

"Selama ini yang dibantu lebih kepada BUMN. Kalau swasta harus survival jadi sendiri, itu yang terjadi. BUMN (minta) berapa triliun langsung, mendapat langsung, dibantuin," katanya kepada CNBC Indonesia, Selasa (23/6).

Sebanyak 17 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mendapatkan karpet merah dari pemerintah mengenai dana bantuan dalam rangka Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) senilai total Rp 143,63 triliun.

Ia bilang saat new normal saat ini, kala kalangan swasta dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) harusnya sudah bisa memulai bisnis lagi, justru kondisinya sangat sulit. Ia berharap ada bantuan dalam bentuk tunai, bukan sekadar relaksasi pajak. Di lapangan, banyak pelaku usaha yang sulit mendapatkannya, terutama UMKM.

"Banyak hal kita temukan, masalah bank. POJK (Peraturan OJK) atur tata cara kebijakan di masing-masing Bank. Ada bank yang merasa saya sudah kasih relaksasi cuti dan sebagainya, sehingga modal kerja nggak berikan lagi. atau UMKM susah banget dapatnya," sebut Maulana.

Padahal, saat ini hingga beberapa bulan ke depan merupakan waktu yang sulit bahkan kritis bagi pelaku usaha. Di sektor perhotelan, momentum emas untuk meraup banyak omset pada waktu lebaran lalu sudah lewat.

Harapan kini bersandar pada momen liburan sekolah dan tahun baru mendatang. Namun, Yusran mengaku tidak terlalu berharap banyak, mengingat kondisi saat ini daya beli masyarakat masih berada di level rendah.

Peneliti INDEF Bhima Yudhistira  memperkirakan semester kedua mendatang, angka PHK yang terjadi akan lebih mengerikan karena banyak pelaku usaha masih berat untuk bangkit.

"Akan lebih besar. Sekarang sudah masuk fase gelombang kedua. Bukan cuma gelombang kedua virus, tapi gelombang kedua PHK khususnya di start up digital yang sangat riskan," kata Bhima kepada CNBC Indonesia, Selasa (23/6).


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ngeri! Gelombang PHK Kedua, yang Masih Kerja Terancam Kena

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular