Ngeri! Gelombang PHK Kedua, yang Masih Kerja Terancam Kena

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
24 June 2020 08:20
Cover topik PHK Besar
Foto: cover topik/Cover topik PHK Besar/Aristya Rahadian Krisabella

Jakarta, CNBC Indonesia - Memasuki era new normal, gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) justru diperkirakan semakin mengkhawatirkan. Kekuatan para perusahaan yang menahan cashflow hanya sampai Juni 2020 akhirnya benar-benar terjadi. Baru-baru ini publik dikejutkan dengan pengumuman PHK ratusan karyawan Gojek, dan bisa jadi disusul oleh perusahaan lainnya.

Peneliti INDEF Bhima Yudhistira menilai kondisi di perusahaan start up macam Gojek hanya gambaran kecil dari gelombang PHK massal yang bakal terjadi di gelombang kedua. Ia memperkirakan, di semester kedua mendatang, angka PHK yang terjadi akan lebih mengerikan.

"Akan lebih besar. Sekarang sudah masuk fase gelombang kedua. Bukan cuma gelombang kedua virus, tapi gelombang kedua PHK khususnya di start up digital yang sangat riskan," kata Bhima kepada CNBC Indonesia, Selasa (23/6).

Berdasarkan data Kemenaker per 27 Mei 2020, sektor formal yang dirumahkan mencapai 1.058.284 pekerja dan yang di-PHK sebanyak 380.221 orang pekerja. Sedangkan pekerja informal yang terkena dampak, dirumahkan dan PHK mencapai 318.959 orang, sehingga totalnya ada 1.757.464 orang dirumahkan dan PHK. Sedangkan versi Kadin Indonesia jumlahnya sudah mencapai 6-7 juta pekerja.

Bhima yakin angka gelombang kedua PHK bakal semakin besar terjadi Indonesia.

"Sebenarnya pemerintah masih punya keterbatasan untuk pendataan PHK secara valid. Sektor informal itu lebih dari 56% dari total tenaga kerja, informal ini sangat susah didata. Warung tutup atau tukang nasi goreng berkurang susah dicek. Angkanya lebih besar dari statistik resmi pemerintah. Gelombang kedua bisa sangat mungkin 2 kali lipat (6 juta) kalo mencakup sektor informal tadi," sebutnya.

Kunci untuk menghentikan PHK ada di tangan pemerintah, yakni dengan memprioritaskan penanganan kesehatan Covid-19 di atas sektor apapun, termasuk ekonomi. Jika tidak, new normal ini akan berakhir tanpa bekas yang baik, bahkan terbuang percuma.

"Tekan dulu kurva positif Covid-19. Karena itu buat nggak yakin kembali aktivitas di luar rumah. Udah tahu disiplin masyarakat rendah juga, dan nggak semua terapkan protokol kesehatan ketat. Jadi, pertama penanganan kesehatan dulu yang utama, kedua stimulus ini walau angka nominal ditambah tapi realisasi rendah. Bahkan UMKM belum 1% realisasi stimulusnya," sebut Bhima.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 'Napas' Pengusaha Mulai Habis, Gelombang PHK Kedua Telah Tiba

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular