
3 Kapal Perang AS Latihan Tempur di Laut China Selatan

Jakarta, CNBC Indonesia - Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) kini resmi menempatkan 3 kapal induknya di area yang disengketakan di Laut China Selatan tepatnya Laut Filipina.
Dikutip dari Japan Times, armada pasifik Angkatan Laut AS mengatakan kapal induk USS Theodore Roosevelt dan kapal penyerang USS Nimitz telah memulai operasi di laut yang berada di antara China dan Filipina itu.
Bukan hanya itu, kapal USS Ronald Reagan yang bermarkas di Yokosuka Jepang juga mengarah ke lokasi yang sama. Kapal ini dipercaya berada di Selat Luzon antara Taiwan dan Filipina.
Menurut media tersebut, ketiga kapal itu akan dijadwalkan melakukan sejumlah latihan militer, seperti pertahanan udara, pengawasan laut, pengisian ulang di laut, pelatihan tempur udara defensif, latihan serangan jarak jauh, manuver terkoordinasi dan latihan lainnya.
"Ini adalah peluang besar bagi kita untuk berlatih bersama dalam skenario yang kompleks," kata Laksamana Muda Doug Verissimo, Komandan Carrier Strike Group 9 Angkatan Laut AS, mengomentari soal operasi USS Theodore Roosevelt dan USS Nimitz, dikutip Senin (22/6/2020).
"Dengan bekerja bersama dalam lingkungan ini, kita meningkatkan keterampilan taktis dan kesiapan kita dalam menghadapi tekanan yang semakin meningkat dan COVID-19."
Meski tidak mengatakan secara gamblang, operasi tersebut dianggap berisi pesan khusus ke China. Ditulis media Jepang tersebut, ini memberi signal bahwa meskipun pandemi virus corona (COVID-19) terjadi, militer AS tetap kuat di Laut China Selatan.
Sebelumnya, perselisihan antara AS-China di wilayah ini telah terjadi pasca China terus memperluas klaim atas Laut China Selatan. Bukan saja di kawasan Filipina, tapi juga Vietnam, Malaysia, Taiwan, dan Brunei.

Menanggapi kehadiran AS di wilayah itu, media yang dikelola pemerintah China telah mengeluarkan kecaman beberapa waktu lalu. Dalam sebuah laporan, Global Times mengatakan bahwa penempatan itu dapat membuat pasukan China terancam.
"Dengan mengerahkan kapal induk ini, AS berusaha menunjukkan kepada seluruh wilayah dan bahkan dunia bahwa mereka tetap menjadi kekuatan angkatan laut yang paling kuat," kata laporan itu mengutip pakar angkatan laut yang berbasis di Beijing, Li Jie.
"Karena mereka dapat memasuki Laut China Selatan dan mengancam pasukan China di pulau-pulau Xisha dan Nansha, juga kapal yang melewati perairan terdekat, sehingga AS dapat melakukan politik hegemoniknya."
Salah satu area konflik adalah kepulauan Paracel dan Spratly di Laut China Selatan. Kepulauan ini disebut Xisha dan Nansha oleh China.
(res)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kapal Militer AS-China Hampir Tabrakan di Laut China Selatan
