
Heboh! Trump Mau Kurangi Tes Corona di AS, Why?

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika SerikatĀ Donald Trump mengejutkan publik selama kampanyenya di Tulsa, Oklahoma. Trump mengatakan kepada pejabat di pemerintahannya untuk memperlambat pengujian Covid-19 karena membuat jumlah kasus di AS meningkat.
"Anda tahu pengujian adalah pedang bermata dua," kata Trump pada akhir pekan kemarin.
"Inilah bagian yang buruk... ketika Anda melakukan pengujian sejauh itu. Anda akan menemukan lebih banyak orang. Anda akan menemukan lebih banyak kasus. Jadi orang-orangku (staf) , tolong perlambat pengujiannya."
Hal ini tentu membuat kehebohan di AS. Trump dituding sengaja ingin mengurangi jumlah pengujian agar angka kasus terlihat lebih rendah dari aslinya.
Meski demikian para pejabat administrasi AS mengatakan kepada CNN Internasional bahwa Trump hanya bercanda. "Itu adalah momen yang ringan baginya di sebuah rapat umum," kata Penasihat Perdagangan Gedung Putih Peter Navarro.
Namun sebaliknya, Sekretaris Keamanan Dalam Negeri Chad Wolf mengatakan komentar Trump mencerminkan "frustrasinya". "Apa yang Anda dengar dari Presiden adalah frustasi, dalam arti bahwa kami sedang menguji, saya percaya kami telah menguji lebih dari 25 juta orang Amerika. Kami telah menguji lebih dari negara lain di dunia ini," kata Wolf dalam wawancara CBS.
Sementara itu, pernyataan Trump tersebut rupanya menguntungkan saingannya, Joe Biden dan organisasi Demokrat. Demokrat meluncurkan iklan digital yang menyoroti komentar Trump, dengan tagline: "Kehilangan waktu oleh Donald Trump harus dibayar dengan kehidupan."
"Ini adalah upaya mengerikan untuk mengurangi angka hanya untuk membuatnya terlihat bagus," kata Symone Sanders, penasehat senior Biden.
"Itulah yang akan diingat lama setelah kemalangan unjuk rasa semalam, pengakuan Presiden bahwa dia memperlambat pengujian untuk keuntungan politiknya."
Hingga kini, AS menduduki posisi pertama dengan kasus terjangkit terbanyak di dunia. Menurut data Worldometers, setidaknya ada 2.356.657 kasus terjangkit, 122.247 kasus kematian, dan 980.355 pasien berhasil sembuh per Senin (22/6/2020).
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Trump Terancam, Staff Gedung Putih Dikarantina karena Corona
