DPR Rapat dengan Sri Mulyani, BI, OJK Bahas Nasib RI 2021

Cantika Adinda, CNBC Indonesia
22 June 2020 10:29
Menteri Keuangan melakukan rapat kerja bersama Komisi XI bahas cukai plastik (CNBC Indonesia/Cantika Adinda Putri)
Foto: Menteri Keuangan melakukan rapat kerja bersama Komisi XI bahas cukai plastik (CNBC Indonesia/Cantika Adinda Putri)

Jakarta, CNBC Indonesia - Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) hari ini, Senin (22/6/2020) akan mengadakan rapat kerja (raker) bersama pemerintah membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2021.

Ketua Komisi XI DPR, Dito Ganinduto, mengatakan raker akan dilaksanakan terbuka mulai pukul 10.00 WIB dan akan dihadiri oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (DK OJK) Wimboh Santoso, dan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suharyanto.

"Rapat diadakan terbuka untuk membahas asumsi dasar dalam KEM-PPKF RAPBN 2021," kata Dito, Senin (22/6/2020).

Sebelumnya seluruh fraksi di DPR menilai, target pertumbuhan ekonomi pada 2021 yang mencapai 4,5% sampai 5% terlalu optimistis dan pemerintah terlalu percaya diri dengan menargetkan pertumbuhan ekonomi yang sebesar itu.


Sri Mulyani mengatakan, asumsi pertumbuhan ekonomi pada 2021 dan di tengah kondisi ketidakpastian yang sangat tinggi akibat masih meluasnya penyebaran Covid-19 yang belum diketahui kapan berakhir, penetapan asumsi pertumbuhan ekonomi masih diliputi ketidakpastian.

"Asumsi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2021 sebesar 4,5 - 5,5 persen memang masih mengandung ketidakpastian," ujar Sri Mulyani di ruang rapat paripurna, Kamis (18/6/2020).

Perkiraan pertumbuhan ekonomi pada rentang 4,5% - 5,5% diasumsikan masih ditopang oleh konsumsi masyarakat, investasi, dan perdagangan internasional yang berangsur pulih, setelah pukul terberat akibat Covid-19 mulai mereda dan tidak terjadi second wave penyebaran covid-19.

Saat ini, kata Sri Mulyani, pemerintah masih terus bekerja keras untuk menahan dampak negatif Covid-19 terhadap perekonomian. Berbagai langkah stimulus dan dorongan serta kebijakan insentif dilakukan untuk menjaga dan memulihkan sisi permintaan, seperti konsumsi, investasi dan ekspor, dan juga dari sisi supply atau produksi.



Dengan mempertimbangkan segala risiko dan ketidakpastian yang ada, serta potensi pemulihan ekonomi global dan nasional di tahun depan, pemerintah mengusulkan kisaran indikator ekonomi makro yang digunakan sebagai dasar penyusunan RAPBN 2021, berikut rinciannya:
- Pertumbuhan ekonomi 4,5-5,5 persen;
- Inflasi 2,0-4,0 persen;
- Tingkat suku bunga SBN 10 tahun 6,67-9,56 persen;
- Nilai tukar Rupiah Rp 14.900-Rp15.300 per dollar AS;
- Harga minyak mentah Indonesia 40-50 dollar AS per barrel;
- Lifting minyak bumi 677-737 ribu barrel per hari;
- Lifting gas bumi 1.085-1.173 ribu barrel setara minyak per hari;
- Defisit APBN 3,21% - 4.17% dari Produk Domestik Bruto (PDB)


(wed/wed)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Optimistis RAPBN 2022 Lancar, Sri Mulyani: Kun Fayakun!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular