
Bentrok dengan China, India Didesak Merapat ke AS & Jepang

Jakarta, CNBC Indonesia - Konflik perbatasan antara China dan India belum juga usai. Bentrokan mau tentara kedua negara bahkan menewaskan 20 tentara India pada Senin malam (16/6) di Lembah Galwan. Menurut pemerintah India, ini adalah bentrokan paling mematikan di perbatasan India-Cina dalam lebih dari lima dekade.
Lantaran peristiwa ini, Amerika Serikat (AS) menyampaikan belasungkawa kepada India pada Jumat kemarin (19/6/2020) atas kematian para tentara akibat bentrok dengan China.
"Kami menyampaikan belasungkawa terdalam kami kepada rakyat India atas nyawa yang hilang sebagai akibat dari konfrontasi baru-baru ini dengan China," kata Sekretaris Negara AS Mike Pompeo dalam sebuah pesan yang diunggah di Twitter.
"Kami akan mengingat keluarga para prajurit, orang-orang yang terkasih, dan para kerabat saat mereka bersedih."
Sebanyak 20 puluh tentara India, termasuk seorang perwira, tewas dalam pertempuran tangan kosong yang ganas pada Senin malam (16/6) di Lembah Galwan. India mengatakan pihak China juga menderita korban, tetapi pemerintah China belum mengungkapkan jumlah korban yang diklaim India.
Bentrokan itu merupakan puncak dari ketegangan kedua negara di kawasan Lembah Galwan, Himalaya. Bagi India kawasan sengketa ini masuk di kawasan Ladakh. Sedangkan bagi China kawasan itu disebut Aksai Chin, Xinjiang.
Para analis menilai, setelah aktif memperluas kerja sama ekonomi yang lebih besar dengan China, Perdana Menteri India Narendra Modi tentu harus terpaksa meninjau kembali kerja sama ekonomi itu setelah China dengan AS juga memburuk akibat perang dagang.
Sebagai negara yang tidak selaras, India juga dinilai selalu berusaha menyeimbangkan pengaruh kekuatan, sambil mempertahankan arah yang independen dalam masalah kebijakan luar negerinya.
Tetapi dalam dua dekade terakhir, New Delhi telah membangun hubungan politik dan pertahanan yang lebih dekat dengan Washington, dan AS telah menjadi salah satu pemasok senjata utama India.
Lebih lanjut, akibat konfrontasi ini, analis menilai perlunya hubungan yang lebih erat dengan AS dan sekutunya seperti Jepang untuk membantu menghadapi kekuatan ekonomi dan militer China.
"Ini adalah kesempatan bagi India untuk menyelaraskan kepentingannya dengan lebih kuat dan tegas dengan AS sebagai mitra strategis utama dan menanamkan lebih banyak energi ke dalam hubungan dengan Jepang, Australia, dan ASEAN," tulis mantan Menteri Luar Negeri India, Nirupama Rao dalam surat kabar The Hindu. Nirupama juga dikenal sebagai mantan diplomat top India.
Hingga saat ini, ketegangan China-India tetap tinggi, meskipun kedua pemerintah sepakat akan berusaha mengurangi konfrontasi.
Sehari setelah pemakaman beberapa tentara di kota asalnya, suasana publik semakin keras di India, dengan seruan publik yang semakin meningkat untuk membalas dendam dan memboikot barang-barang buatan China.
Bahkan warga India, sebagaimana ditulis The New York Times, turun ke jalan menyerukan aksi protes meminta pemboikotan China. Massa menghancurkan televisi buatan China di jalan dan menginjak-injak foto Presiden China Xi Jinping.
Seorang menteri di pemerintahan bahkan menyerukan restoran-restoran China ditutup.
![]() Indians burn an effigy of Chinese President Xi Jinping during a protest against China in Ahmedabad, India, Thursday, June 18, 2020. Twenty Indian troops were killed in a clash with Chinese soldiers in the Galwan Valley area Monday night that was the deadliest conflict between the sides in 45 years. (AP Photo/Ajit Solanki) |
"Kita harus melukai China dengan seribu luka. Kita perlu memukul mereka di tempat yang paling menyakitkan, dan itu, ekonomi," kata seorang warga bernama Ranjit Singh seraya menyerukan boikot produk China dikutip Kamis (18/6/2020).
Sejak bentrokan itu, para pejabat militer telah mengadakan pembicaraan tetapi tidak ada tanda-tanda terobosan.
"Situasinya tetap seperti semula, tidak ada pelepasan [tentara], tetapi juga tidak ada penumpukan pasukan lebih lanjut," kata sumber kedua dari pemerintah India, yang mengetahui situasi di lapangan.
![]() Tenzin Tsundue, an exile Tibetan activist burns a Chinese national flag during a one-man protest in Dharmsala, India, Thursday, June 18, 2020. Tsundue, said he was burning the flag as a symbolic protest against Chinese invasion of Indian territory and its continued occupation of Tibet. Twenty Indian troops were killed in a clash with Chinese soldiers in the Galwan Valley area Monday night that was the deadliest conflict between the sides in 45 years. (AP Photo/Ashwini Bhatia) |
Pejabat itu mengatakan setidaknya 76 tentara India terluka selama bentrokan itu, dan telah dirawat di rumah sakit.
"Tidak ada yang kritis sampai sekarang," katanya.
Dengan jatuhnya korban tentara, Perdana Menteri India Narendra Modi menghadapi salah satu tantangan terbesar kebijakan luar negeri yang paling sulit sejak ia berkuasa pada 2014.
Pada Jumat malam, Modi akan mengadakan pertemuan dengan semua pihak di New Delhi untuk membahas krisis di perbatasan dengan China.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article China vs India Kian Membara
