Internasional

China Bebaskan 10 Tentara India, Akankah Konflik Mereda?

tahir saleh, CNBC Indonesia
20 June 2020 06:01
An Indian army soldier guards atop one of the vehicles as an army convoy moves on the Srinagar- Ladakh highway at Gagangeer, north-east of Srinagar, India, Wednesday, June 17, 2020. Indian security forces said neither side fired any shots in the clash in the Ladakh region late Monday that was the first deadly confrontation on the disputed border between India and China since 1975. China said Wednesday that it is seeking a peaceful resolution to its Himalayan border dispute with India following the death of 20 Indian soldiers in the most violent confrontation in decades. (AP Photo/Mukhtar Khan)
Foto: Tentara India menjaga di jalan raya Srinagar-Ladakh di Gagangeer, timur laut Srinagar, India (AP/Mukhtar Khan)

Jakarta, CNBC Indonesia - Konflik China-India belum sepenuhnya selesai. Terbaru, pemerintah China diketahui sudah mengembalikan 10 tentara India yang ditangkap dalam bentrokan perbatasan yang mematikan pada awal pekan ini.

Hal itu diungkapkan sumber pemerintah India pada Jumat kemarin (19/6/2020), ketika dua negara dengan kekuatan nuklir di Asia ini berusaha mengurangi ketegangan di perbatasan yang mereka sengketakan di Himalaya barat.

Tentara India tidak mengomentari pembebasan itu. Sumber CNBC di pemerintahan India mengungkapkan, pengembalian tentara itu dilakukan pada terjadi pada Kamis malam.

Sebanyak 20 puluh tentara India, termasuk seorang perwira, tewas dalam pertempuran tangan kosong yang ganas pada Senin malam (16/6) di Lembah Galwan. Menurut pemerintah India, ini adalah bentrokan paling mematikan di perbatasan India-Cina dalam lebih dari lima dekade.

India mengatakan pihak China juga menderita korban, tetapi pemerintah China belum mengungkapkan jumlah korban yang diklaim India. Bentrokan itu merupakan puncak dari ketegangan kedua negara di kawasan Lembah Galwan, Himalaya.

Indians burn an effigy of Chinese President Xi Jinping during a protest against China in Ahmedabad, India, Thursday, June 18, 2020. Twenty Indian troops were killed in a clash with Chinese soldiers in the Galwan Valley area Monday night that was the deadliest conflict between the sides in 45 years. (AP Photo/Ajit Solanki)Foto: Orang India membakar patung Presiden Tiongkok Xi Jinping dalam sebuah protes terhadap China di Ahmedabad, India (AP/Ajit Solanki)
Indians burn an effigy of Chinese President Xi Jinping during a protest against China in Ahmedabad, India, Thursday, June 18, 2020. Twenty Indian troops were killed in a clash with Chinese soldiers in the Galwan Valley area Monday night that was the deadliest conflict between the sides in 45 years. (AP Photo/Ajit Solanki)

Bagi India kawasan sengketa ini masuk di kawasan ladakh. Sedangkan bagi China kawasan itu disebut Aksai Chin, Xinjiang.

Ketegangan tetap tinggi, meskipun kedua pemerintah sepakat akan berusaha mengurangi konfrontasi. Sehari setelah pemakaman beberapa tentara di kota asalnya, suasana publik semakin keras di India, dengan seruan publik yang semakin meningkat untuk membalas dendam dan memboikot barang-barang buatan China.

Bahkan warga India, sebagaimana ditulis The New York Times, turun ke jalan menyerukan aksi protes meminta pemboikotan China. Massa menghancurkan televisi buatan China di jalan dan menginjak-injak foto Presiden China Xi Jinping.

Seorang menteri di pemerintahan bahkan menyerukan restoran-restoran China ditutup.

"Kita harus melukai China dengan seribu luka. Kita perlu memukul mereka di tempat yang paling menyakitkan, dan itu, ekonomi," kata seorang warga bernama Ranjit Singh seraya menyerukan boikot produk China dikutip Kamis (18/6/2020).

Sejak bentrokan itu, para pejabat militer telah mengadakan pembicaraan tetapi tidak ada tanda-tanda terobosan.

"Situasinya tetap seperti semula, tidak ada pelepasan [tentara], tetapi juga tidak ada penumpukan pasukan lebih lanjut," kata sumber kedua dari pemerintah India, yang mengetahui situasi di lapangan.

Pejabat itu mengatakan setidaknya 76 tentara India terluka selama bentrokan itu, dan telah dirawat di rumah sakit.

"Tidak ada yang kritis sampai sekarang," katanya.

Dengan jatuhnya korban tentara, Perdana Menteri India Narendra Modi menghadapi salah satu tantangan terbesar kebijakan luar negeri yang paling sulit sejak ia berkuasa pada 2014.

Pada Jumat malam, Modi akan mengadakan pertemuan dengan semua pihak di New Delhi untuk membahas krisis di perbatasan dengan China.


(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Panas India Vs China, Mungkinkah Pecah Perang di Himalaya?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular