
2020 Penuh Konflik, Giliran India vs China, Bisa WW III?

China sejak 10 tahun terakhir sudah menjelma menjadi raksasa ekonomi terbesar kedua di dunia setelah AS. Meroketnya ekonomi China dan upaya untuk terus melebarkan pengaruhnya di kancah Asia maupun global mendapat sorotan dari banyak pihak.
Anggaran militer China pun turut menjadi hal yang dicermati oleh publik. Pasalnya anggaran militer ini mencerminkan ingin sekuat apa suatu negara dan untuk apa kekuatan tersebut diperoleh.
China juga menaikkan anggaran untuk pertahanannya hingga 6,6% untuk tahun ini menjadi RMB 1.268 miliar atau setara dengan US$ 178,6 miliar. Kenaikan anggaran ini jauh lebih tinggi dari perkiraan analis yang hanya sebesar 3% saja mengingat ekonomi Tiongkok juga anjlok karena didera pandemi.
Jika secara nominal, anggaran untuk pertahanan China pada 2019 mengacu pada data SIPRI merupakan yang terbesar kedua di dunia setelah rivalnya yakni AS yang bertengger di posisi pertama dengan total anggaran US$ 718,7 miliar.
Di posisi ketiga setelah China ada India dengan anggaran mencapai US$ 70,8 miliar dan di peringkat keempat ada Rusia dengan total anggaran pertahanan miliknya yang mencapai US$ 64,1 miliar.
Dengan anggaran sebanyak itu, ke mana saja alokasinya? Pengeluaran pertahanan Tiongkok dikategorikan ke dalam tiga kelompok, yaitu biaya personil, biaya pemeliharaan pelatihan dan pembelian peralatan, menurut Kementerian Pertahanan Nasional China.
Militer Cina perlu mendapatkan sejumlah besar senjata dan peralatan canggih yang mahal untuk menggantikan senjata yang sudah 'usang' yang konon kabarnya jumlahnya sangat banyak. Hal ini terlihat dari peningkatan alokasi anggaran untuk pos ini sejak 2013.
Disamping itu, kenaikan anggaran militer China juga dialokasikan untuk meningkatkan intensitas pelatihan; seiring dengan meningkatnya inflasi, manfaat prajurit dan perwira juga perlu ditingkatkan.
China bahkan dikabarkan membangun kapal induk (aircraft carrier) ketiganya dan yang ini adalah versi lebih canggih dari sebelumnya. China juga dilaporkan mengembangkan apa yang disebut senjata pembom jarak jauh.
Jumlah senjata modern seperti jet tempur J-20 dan perusak besar Tipe 055 dinilai masih kurang dibandingkan dengan jet tempur F-35 yang berpotensi bermusuhan dan kapal perang canggih milik AS dan sekutunya di sekitar China.
Jika melihat catatan sejarah, Tiongkok memang tidak pernah berperang dalam beberapa dekade terakhir. Negeri Tirai Bambu itu sangat bergantung pada pelatihan untuk mempertajam dan mempertahankan kesiapan tempur.
(twg/twg)