Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI -3,1%, Separah Itu Kah?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
16 June 2020 14:28
mobil Hyundai Grand i10  iims
Foto: Hyundai Grand i10 (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Kemarin, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mengungkapkan penjualan mobil pada Mei hanya 3.551. Ambles seambles-amblesnya sampai -95,8% YoY. Ini adalah pencapaian terburuk sepanjang sejarah.

Tidak hanya di sisi konsumen, dunia usaha pun menunjukkan kondisi yang tidak sehat. Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia pada Mei adalah 28,6.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik start. Kalau di bawah 50, artinya industriawan tidak melakukan ekspansi, yang ada malah kontraksi.

"Output terus menurun pada kisaran parah pada Mei, ditambah dengan penurunan substansial permintaan baru, yang sebagian disebabkan oleh penurunan tajam penjualan ekspor. Tingkat penurunan pada variabel tersebut sedikit berkurang dari kondisi April, tetapi menjadi yang tercepat kedua sepanjang survei yang dimulai pada April 2011," sebut keterangan tertulis IHS Markit.

Lalu, baru kemarin Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data perdagangan internasional periode Mei. Nilai ekspor bulan lalu adalah US$ 10,53 miliar, ada kontraksi -28,95% YoY. Kontraksi -28,95% merupakan yang paling dalam sejak Februari 2009.

Sementara nilai impor pada Mei tercatat US$ 8,44 miliar atau anjlok 42,2% YoY. Seperti halnya ekspor, kontraksi impor juga menjadi yang paling dalam sejak 2009.

Ekspor yang ambles sangat dalam membuat prospek pertumbuhan ekonomi kuartal II-2020 menjadi suram. Pada kuartal I-2020, ekspor masih bisa tumbuh walau tipis saja di 0,24%. Itu tertolong akibat pertumbuhan yang mencapai 12% pada Februari. Namun dengan kontraksi lebih dari 28% pada Mei, harapan untuk mengulangi pencapaian serupa sangat sulit (kalau tidak mau dibilang mustahil).

Kemudian di sisi impor, kontraksi sangat dalam terjadi untuk impor bahan baku/penolong dan barang modal. Pada Mei, impor bahan baku/penolong ambrol -43,03% YoY dan barang modal jatuh -40% YoY.

Kelesuan impor bahan baku/penolong dan barang modal menggambarkan kelesuan proses produksi industri nasional. Ini juga mencerminkan keengganan dunia usaha dalam berekspansi, sehingga investasi sepertinya bakal bernasib sama seperti ekspor.

Berbagai data tersebut memberi gambaran suramnya ekonomi nasional pada kuartal II-2020. Jadi sangat wajar jika Sri Mulyani menyebut bakal terjadi kontraksi.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular