Mal Mau Buka Lagi, Bagaimana Gambaran Kasus Corona di DKI?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
15 June 2020 07:10
Mall Senayan City Jelang Pembukaan Mall di Jakarta (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Mall Senayan City Jelang Pembukaan Mall di Jakarta (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Bukan hanya Jakarta, seluruh Indonesia juga mesti waspada. Sebab sejumlah institusi memperkirakan risiko Indonesia untuk mengalami gelombang serangan kedua (second wave outbreak) lumayan tinggi.

Citi menyebut Indonesia menjadi negara di ASEAN-6 dengan risiko relapse alias kumat paling tinggi. Ada dua alasan.

Pertama, pemerintah dinilai menerapkan new normal saat kurva kasus corona belum lagi melandai apalagi mendatar. Dalam 14 hari terakhir, rata-rata pasien baru di Tanah Air bertambah 2,74% per hari.

Angka ini lebih tinggi ketimbang negara-negara ASEAN. Singapura mencatatkan kenaikan rata-rata 1,22% per hari, Malaysia 0,67%, Thailand 0,12%, dan Vietnam 0,11%. Indonesia hanya lebih baik dibandingkan Filipina (3,29%).

Kedua, Citi menyebut bahwa tes atau uji corona di Indonesia juga relatif tertinggal dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya. "Tes yang sedikit menggambarkan bahwa banyak kasus yang masih terpendam dan siap muncul ke permukaan," tulis riset Citi.

Well, ini memang benar. Mengutip data Worldometers, saat ini jumlah tes per 1 juta penduduk di Indonesia adalah 1.881. Lumayan jauh dibandingkan negara-negara tetangga.

Sementara Nomura menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara yang paling berisiko mengalami second wave outbreak. Dalam risetnya, Nomura membagi 45 negara dalam tiga kelompok.

Grup pertama adalah negara-negara yang telah melonggarkan pembatasan sosial (social distancing) tetapi belum menunjukkan gejala lonjakan kasus yang signifikan. Negara-negara yang masuk di kelompok ini di antaranya Australia, Prancis, Yunani, Italia, Spanyol, Jepang, Korea Selatan, dan Thailand.

Kelompok kedua adalah negara yang juga mengendurkan social distancing tetapi menunjukkan gejala awal gelombang serangan kedua. Di antaranya adalah Jerman, Malaysia, Filipina, Inggris, dan Amerika Serikat (AS).

Kelompok terakhir adalah negara-negara yang dinilai paling berisiko mengalami gelombang serangan kedua virus corona setelah pelonggaran pembatasan sosial. Di dalamnya ada Argentina, Brasil, India, Meksiko, Singapura, dan Indonesia.

Akan tetapi, perlu dicatat bahwa suka tidak suka, mau tidak mau, cepat atau lambat, aktivitas masyarakat harus bergulir kembali. Sebab kalau lagi-lagi masyarakat harus #dirumahaja, maka roda ekonomi tidak akan berputar.

Virus corona memang mematikan, terbukti sudah menghilangkan lebih dari 2.000 nyawa warga negara Indonesia. Namun kalau terus-menerus menghindar dari virus ini dengan menerapkan social distancing secara murni dan konsekuen, maka bisa jadi akan menimbulkan korban yang mungkin lebih banyak. Bukan karena virus, tetapi karena kelaparan akibat tidak ada penghasilan seiring perekonomian yang mati suri.

Oleh karena itu, jalan tengahnya adalah new normal. Hidup berdampingan dengan virus corona disertai kepatuhan akan protokol kesehatan. Kuncinya adalah tertib menjaga jarak dan menjaga kebersihan. Jika ini dilakukan dengan konsisten, maka peluang second wave outbreak bisa diminimalkan.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular