
Internasional
Panda vs Kanguru, Ini Serangan Baru China ke Australia
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
08 June 2020 14:14

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah China dikabarkan merilis sebuah peringatan ke warganya agar tidak melakukan perjalanan ke Australia. China beralasan rasisme yang meningkat signifikan di Australia tengah terjadi terhadap orang China dan Asia.
Peringatan ini diterbitkan Jumat (5/6/2020). Pemerintah China melaporkan terjadi serangan rasis di negeri Kanguru selama pandemi COVID-19, di mana UU Australia tak cukup melindungi para korban.
Padahal dari data Tourism Research Australia, turis dari negeri Panda menunjukkan kenaikan terus menerus. Di September 2019, jumlah turis China yang datang naik 1,2% (YoY) menjadi 1,3 juta orang.
Dengan total biaya yang dikeluarkan para turis naik 6,8% atau menjadi A$ 12,3 miliar (sekitar US$ 8,28 miliar). Ini mewakili lebih dari 27% semua pengeluaran wisata asing selama periode itu.
Ini membuat naik tensi kedua negara. Pasalnya sebelumnya China melarang impor daging sapi Australia dan menaikkan tarif biji barley (sejenis gandum) asal negara itu 80,5%.
Australia menyebut peringatan China sangat tidak beralasan. "Belum ada gelombang kekerasan terhadap rakyat China," kata Wakil Perdana Menteri Australia Michael McCormack, dikutip Senin (8/5/2020).
Sementara itu media Global Times, yang terafiliasi dengan pemerintah China menyebut, Australia memang bersikap tidak ramah dengan China. "Dari desakan yang dipimpin AS soal COVID-19 hingga campur tangan terkait Hong Kong," tulis media itu.
Belum ada aturan Australia yang akan memperketat pengawasan terhadap investasi asing. "Politisi Australia menunjukkan sikap antipati mereka terhadap China," tulis media itu.
Media itu pun menulis, jika Australia ingin mempertahankan keuntungan ikatan ekonomi dengan China, negeri itu harus merubah sikapnya. "Hilangnya pariwisata mungkin hanya puncak gunung es hilangnya minta China," kata media itu lagi.
Australia dan China mulai pertikaian sejak 2019. Kala itu, Australia menyuarakan pendapatanya soal diskriminasi Muslim Uighur.
Eskalasi keduanya naik lagi saat COVID-19 terjadi. Di mana Australia meminta adanya penyelidikan asal mula penyakit itu berasal.
China kemudian mengancam boikot pada produk Australia. Ini membuat Australia melapor ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
(sef/sef) Next Article China Ngamuk, Boikot Produk Australia, Perang Dagang Baru?
Peringatan ini diterbitkan Jumat (5/6/2020). Pemerintah China melaporkan terjadi serangan rasis di negeri Kanguru selama pandemi COVID-19, di mana UU Australia tak cukup melindungi para korban.
Dengan total biaya yang dikeluarkan para turis naik 6,8% atau menjadi A$ 12,3 miliar (sekitar US$ 8,28 miliar). Ini mewakili lebih dari 27% semua pengeluaran wisata asing selama periode itu.
Ini membuat naik tensi kedua negara. Pasalnya sebelumnya China melarang impor daging sapi Australia dan menaikkan tarif biji barley (sejenis gandum) asal negara itu 80,5%.
Australia menyebut peringatan China sangat tidak beralasan. "Belum ada gelombang kekerasan terhadap rakyat China," kata Wakil Perdana Menteri Australia Michael McCormack, dikutip Senin (8/5/2020).
Sementara itu media Global Times, yang terafiliasi dengan pemerintah China menyebut, Australia memang bersikap tidak ramah dengan China. "Dari desakan yang dipimpin AS soal COVID-19 hingga campur tangan terkait Hong Kong," tulis media itu.
Belum ada aturan Australia yang akan memperketat pengawasan terhadap investasi asing. "Politisi Australia menunjukkan sikap antipati mereka terhadap China," tulis media itu.
Media itu pun menulis, jika Australia ingin mempertahankan keuntungan ikatan ekonomi dengan China, negeri itu harus merubah sikapnya. "Hilangnya pariwisata mungkin hanya puncak gunung es hilangnya minta China," kata media itu lagi.
Australia dan China mulai pertikaian sejak 2019. Kala itu, Australia menyuarakan pendapatanya soal diskriminasi Muslim Uighur.
Eskalasi keduanya naik lagi saat COVID-19 terjadi. Di mana Australia meminta adanya penyelidikan asal mula penyakit itu berasal.
China kemudian mengancam boikot pada produk Australia. Ini membuat Australia melapor ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
(sef/sef) Next Article China Ngamuk, Boikot Produk Australia, Perang Dagang Baru?
Most Popular