
Internasional
Siapa Edward Colston yang Buat Inggris Demo?
Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
08 June 2020 11:05

Jakarta, CNBC Indonesia - Protes besar-besaran atas kasus rasisme kini kian melebar. Salah satu gerakan sosial 'Black Lives Matter' rupanya tidak hanya terjadi di Amerika Serikat, tetapi juga di negara lainnya, salah satunya Inggris.
Para pengunjuk rasa di Kota Bristol, Inggris mendadak menjadi trending, sebab mereka beramai-ramai mencopot dan membuang patung perunggu Edward Colston setinggi 5,5 yang sudah berada di Colston Avenue sejak 1895 ke sungai Bristol Harbour pada Minggu (7/6/2020) waktu setempat.
Lalu siapa Edward Colston yang membuat marah para pengunjuk rasa?
Edward Colston merupakan pedagang Inggris, anggota parlemen, filantropis, dan pedagang budak. Semasa hidupnya, Colston banyak mengeluarkan karya-karya filantropis, seperti ruas jalan, sekolah, rumah tahanan, rumah sakit, dan gereja di Bristol.
Namun dalam prosesnya dalam membangun karya-karya tersebut, Colston menjual puluhan ribu budak kulit hitam. Maka tak heran jika kekayaannya sebagian besar diperoleh melalui perdagangan dan eksploitasi budak.
Meskipun Colston lahir di Bristol pada tahun 1636, ia tidak pernah tinggal di sana saat dewasa. Semua perdagangan budaknya dilakukan di luar London.
Colston tumbuh dalam keluarga pedagang kaya di Bristol. Dengan privilese tersebut, setelah sekolah di London, Colston membuktikan dirinya dapat sukses sebagai pedagang di bidang tekstil dan wol.
Pada 1680, Colston bergabung dengan perusahaan Royal African Company (RAC) yang memonopoli perdagangan budak Afrika barat. Secara resmi dipimpin oleh saudara Raja Charles II yang kemudian naik takhta sebagai James II.
Perusahaan tersebut mencap budak, termasuk wanita dan anak-anak, dengan inisial RAC di dada mereka layaknya komoditas.
RAC dipercaya sudah menjual sekitar 100.000 orang Afrika barat di Karibia dan Amerika antara tahun 1672 dan 1689. Melalui perusahaan inilah Colston menghasilkan sebagian besar kekayaannya, menggunakan keuntungan untuk beralih ke peminjaman uang.
Colston menjual sahamnya di perusahaan kepada William, Prince of Orange, pada tahun 1689 setelah mengatur Revolusi Agung dan merebut kekuasaan dari James pada tahun sebelumnya.
Colston kemudian mulai mengembangkan reputasi sebagai filantropis yang menyumbang untuk kegiatan amal seperti sekolah dan rumah sakit di Bristol dan London.
Dia sempat bertugas sebagai anggota parlemen Tory untuk Bristol sebelum meninggal di Mortlake, Surrey pada 1721. Ia dimakamkan di Gereja All Saints di Bristol.
Karya filantropinya meresapi Kota Bristol. Nama Colston ada di seluruh kota.
Selain dibuatkan patung, Colston juga dibuatkan sebuah sekolah independen yang dinamai dengan namanya. Bahkan bersama dengan ruang konser, blok perkantoran bertingkat tinggi, dan nama sejumlah ruas jalan.
Petisi Penghapusan Colston di Bristol
Selama bertahun-tahun, para pegiat berargumentasi bahwa hubungan Colston dengan perbudakan dan kontribusinya terhadap kota harus dinilai dan ditinjau kembali. Sebuah petisi yang mengumpulkan ribuan tanda tangan dalam sepekan terakhir mengatakan dia "tidak punya tempat" di kota tersebut.
"Sementara sejarah tidak boleh dilupakan, orang-orang yang diuntungkan dari perbudakan individu ini tidak pantas mendapatkan kehormatan patung. Ini harus disediakan bagi mereka yang membawa perubahan positif dan yang memperjuangkan perdamaian, kesetaraan, dan persatuan sosial," bunyi petisi tersebut, dikutip dari The Guardian.
"Kami dengan ini mendorong dewan kota Bristol untuk menghapus patung Edward Colston. Dia tidak mewakili kota kami yang beragam dan multibudaya."
Museum Bristol telah berusaha menjelaskan alasan mengapa patung Colston tetap menjadi ikon kota. Dalam website, musem mengatakan bahwa Colston tidak pernah, sejauh yang kita ketahui, menjual budak Afrika.
Namun situs web Museum Bristol menambahkan kalimat lain dalam penjelasan itu. "Apa yang kita tahu adalah bahwa dia adalah anggota aktif badan pengurus RAC, yang berdagang budak Afrika selama 11 tahun," tulis museum.
(sef/sef) Next Article Bristol Inggris Rusuh, Kendaraan Dibakar Massa Ngamuk
Para pengunjuk rasa di Kota Bristol, Inggris mendadak menjadi trending, sebab mereka beramai-ramai mencopot dan membuang patung perunggu Edward Colston setinggi 5,5 yang sudah berada di Colston Avenue sejak 1895 ke sungai Bristol Harbour pada Minggu (7/6/2020) waktu setempat.
Edward Colston merupakan pedagang Inggris, anggota parlemen, filantropis, dan pedagang budak. Semasa hidupnya, Colston banyak mengeluarkan karya-karya filantropis, seperti ruas jalan, sekolah, rumah tahanan, rumah sakit, dan gereja di Bristol.
Namun dalam prosesnya dalam membangun karya-karya tersebut, Colston menjual puluhan ribu budak kulit hitam. Maka tak heran jika kekayaannya sebagian besar diperoleh melalui perdagangan dan eksploitasi budak.
Meskipun Colston lahir di Bristol pada tahun 1636, ia tidak pernah tinggal di sana saat dewasa. Semua perdagangan budaknya dilakukan di luar London.
Colston tumbuh dalam keluarga pedagang kaya di Bristol. Dengan privilese tersebut, setelah sekolah di London, Colston membuktikan dirinya dapat sukses sebagai pedagang di bidang tekstil dan wol.
Pada 1680, Colston bergabung dengan perusahaan Royal African Company (RAC) yang memonopoli perdagangan budak Afrika barat. Secara resmi dipimpin oleh saudara Raja Charles II yang kemudian naik takhta sebagai James II.
Perusahaan tersebut mencap budak, termasuk wanita dan anak-anak, dengan inisial RAC di dada mereka layaknya komoditas.
RAC dipercaya sudah menjual sekitar 100.000 orang Afrika barat di Karibia dan Amerika antara tahun 1672 dan 1689. Melalui perusahaan inilah Colston menghasilkan sebagian besar kekayaannya, menggunakan keuntungan untuk beralih ke peminjaman uang.
Colston menjual sahamnya di perusahaan kepada William, Prince of Orange, pada tahun 1689 setelah mengatur Revolusi Agung dan merebut kekuasaan dari James pada tahun sebelumnya.
Colston kemudian mulai mengembangkan reputasi sebagai filantropis yang menyumbang untuk kegiatan amal seperti sekolah dan rumah sakit di Bristol dan London.
Dia sempat bertugas sebagai anggota parlemen Tory untuk Bristol sebelum meninggal di Mortlake, Surrey pada 1721. Ia dimakamkan di Gereja All Saints di Bristol.
Karya filantropinya meresapi Kota Bristol. Nama Colston ada di seluruh kota.
Selain dibuatkan patung, Colston juga dibuatkan sebuah sekolah independen yang dinamai dengan namanya. Bahkan bersama dengan ruang konser, blok perkantoran bertingkat tinggi, dan nama sejumlah ruas jalan.
Petisi Penghapusan Colston di Bristol
Selama bertahun-tahun, para pegiat berargumentasi bahwa hubungan Colston dengan perbudakan dan kontribusinya terhadap kota harus dinilai dan ditinjau kembali. Sebuah petisi yang mengumpulkan ribuan tanda tangan dalam sepekan terakhir mengatakan dia "tidak punya tempat" di kota tersebut.
"Sementara sejarah tidak boleh dilupakan, orang-orang yang diuntungkan dari perbudakan individu ini tidak pantas mendapatkan kehormatan patung. Ini harus disediakan bagi mereka yang membawa perubahan positif dan yang memperjuangkan perdamaian, kesetaraan, dan persatuan sosial," bunyi petisi tersebut, dikutip dari The Guardian.
"Kami dengan ini mendorong dewan kota Bristol untuk menghapus patung Edward Colston. Dia tidak mewakili kota kami yang beragam dan multibudaya."
Museum Bristol telah berusaha menjelaskan alasan mengapa patung Colston tetap menjadi ikon kota. Dalam website, musem mengatakan bahwa Colston tidak pernah, sejauh yang kita ketahui, menjual budak Afrika.
Namun situs web Museum Bristol menambahkan kalimat lain dalam penjelasan itu. "Apa yang kita tahu adalah bahwa dia adalah anggota aktif badan pengurus RAC, yang berdagang budak Afrika selama 11 tahun," tulis museum.
(sef/sef) Next Article Bristol Inggris Rusuh, Kendaraan Dibakar Massa Ngamuk
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular