Aksi vandalisme dilakukan sejumlah kecil pendemo di Bristol Inggris, Minggu (21/3/2021) waktu setempat. Sebelumyya ratusan orag berkumpul menuntut pencabutan RUU Kepolisian, yang berujung kekerasan. (Andrew Matthews/PA via AP)
Dikutip Reuters, aparat keamanan lokal Bristol yang dibantu kepolisian Avon dan Somerset mengatakan awalnya demonstrasi dimulai dengan damai. Akan tetapi kemudian berubah menjadi gangguan kekerasan oleh minoritas kecil. (Andrew Matthews/PA via AP)
Akibatnya dua petugas dibawa ke rumah sakit, satu dengan lengan patah dan satu lagi dengan tulang rusuk yang patah. Sementara yang lain mengalami kekerasan dan pelecehan verbal. Tak hanya itu kantor polisi di pusat kota juga dilempari demonstran.(Andrew Matthews/PA via AP)
Menteri Dalam Negeri Priti Patel, mengatakan di Twitter bahwa pemandangan di Bristol tidak dapat diterima. Ia menyebut premanisme dan kekacauan oleh minoritas tidak akan pernah bisa ditoleransi. (Andrew Matthews/PA via AP)
"Semua yang terlibat dalam perilaku kriminal ini akan diidentifikasi dan diadili. Akan ada konsekuensi yang signifikan untuk perilaku seperti ini," kata pengawas kepala Avon dan Somerset, Will White, dalam sebuah pernyataan. (Andrew Matthews/PA via AP)
Beberapa demonstran membawa plakat dengan slogan seperti "Bunuh RUU", "Hari Demokrasi Menjadi Kediktatoran" dan "Kami Tidak Bisa Dibungkam Semudah Itu". RUU Polisi, Kejahatan, Hukuman, dan Pengadilan pemerintah akan memberi polisi kewenangan baru untuk menerapkan batasan waktu dan kebisingan pada protes jalanan. (Andrew Matthews/PA via AP)
Hal itu membuat marah para aktivis, terutama sejak tanggapan polisi yang kasar terhadap aksi kekerasan di London untuk korban pembunuhan Sarah Everard pada 13 Maret. Itu menyebabkan kecaman yang meluas terhadap polisi.(Andrew Matthews/PA via AP)