
Korsel Menjawab Ancaman Adik Kim Jong Un, Takluk?
Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
04 June 2020 20:14

Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan antara Korea Selatan danĀ Korea Utara mulai memanas. Adik perempuan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un, Kim Yo-Jong dikabarkan memberikan ancaman ke Korsel.
Ancaman tersebut dilontarkan setelah pihak Korsel, sebagaimana ditulis The Korea Herald dari Yonhap, tidak menghentikan gerakan pembelot anti-Pyongyang. Para pemberontak Korut disebut terus mengirimkan selebaran anti pemerintahan Kim Jong Un.
Kim Yo-Jong yang memegang jabatan Wakil Direktur Departemen Pertama Komite Sentral Partai Buruh Korut, memperingatkan akan membatalkan perjanjian pengurangan ketegangan militer dan menutup proyek kawasan industri bersama.
Perempuan berusia 32 tahun itu juga mengancam akan menarik diri secara permanen dari proyek-proyek bersama dengan Korea Selatan, termasuk Kaesong Industrial Park dan wisata Gunung Kumgang. Keduanya menjadi pemintal uang untuk Pyongyang yang ditangguhkan selama bertahun-tahun karena sanksi atas program senjata.
Pihak Korsel langsung buka suara beberapa jam setelah ancaman tersebut dilontarkan, mengatakan mungkin akan melarang pembelot menerbangkan selebaran anti-Pyongyang ke Korea Utara, kata para pejabat pada Kamis (4/6/2020).
Lebih lanjut, Kementerian Unifikasi Seoul mengatakan pemerintah sedang mempertimbangkan undang-undang untuk melarang kampanye selebaran dengan alasan mereka menyebabkan ketegangan di perbatasan.
"Setiap tindakan yang dapat mengancam kehidupan dan properti penduduk di daerah perbatasan harus dihentikan," kata juru bicara kementerian Korsel, Yoh Sang-Key, dikutip dari AFP.
Kampanye selebaran menjadi masalah pelik antara kedua negara Korea tersebut, tetapi memberlakukan undang-undang tersebut dapat memicu protes atas kemungkinan pelanggaran hak atas kebebasan berekspresi.
Meskipun demikian, menurut laporan kantor berita Yonhap, seorang pejabat di kantor kepresidenan Korsel mengatakan selebaran itu "lebih banyak mudharat daripada manfaat", dan menambahkan bahwa pemerintah akan "menanggapi dengan tegas" segala hal yang merusak keamanan nasional.
Dalam pernyataannya, Kim Yo-Jong sempat menyebut kelompok pembelot Pyongyang sebagai "sampah". Ia meminta Korsel mengambil tindakan khusus dan tidak berlindung pada frase "kebebasan berekspresi".
"Jika benar-benar menghargai perjanjian Utara-Selatan dan memiliki keinginan untuk mengimplementasikannya secara utuh, mereka harus membersihkan "sampah" sebelum dengan sembarangan meniup terompet ke para pendukungnya," ungkap Kim Yo-Jong.
Kedua negara memiliki sejarah perselisihan yang panjang. Di tahun ini, kedua Korea terlibat ketegangan di perbatasan.
Di Oktober 2019, Korut juga mengancam menarik diri dari fasilitas yang dibangun bersama dengan Korsel di area Gunung Kumgang di Pantai Timur. Korut berujar akan membangun zona wisata internasional sendiri.
Sebelumnya di 2016 Korsel sempat menutup kompleks industri bersama karena program nuklir dan rudal Pyongyang. Di 2008, Korsel sempat menghentikan proyek bersama lain karena salah satu turisnya tewas di tangan seorang oknum penjaga Korut.
Pernyataan ini merupakan ketiga kalinya dikeluarkan Kim Yo-Jong tahun ini, memperlihatkan besarnya pengaruh perempuan itu dalam pengambilan keputusan di Korut terutama soal Korsel.
(gus) Next Article Mengenal Adik Kim Jong Un, yang Ancam Korsel & Kritik Trump
Ancaman tersebut dilontarkan setelah pihak Korsel, sebagaimana ditulis The Korea Herald dari Yonhap, tidak menghentikan gerakan pembelot anti-Pyongyang. Para pemberontak Korut disebut terus mengirimkan selebaran anti pemerintahan Kim Jong Un.
Kim Yo-Jong yang memegang jabatan Wakil Direktur Departemen Pertama Komite Sentral Partai Buruh Korut, memperingatkan akan membatalkan perjanjian pengurangan ketegangan militer dan menutup proyek kawasan industri bersama.
Pihak Korsel langsung buka suara beberapa jam setelah ancaman tersebut dilontarkan, mengatakan mungkin akan melarang pembelot menerbangkan selebaran anti-Pyongyang ke Korea Utara, kata para pejabat pada Kamis (4/6/2020).
Lebih lanjut, Kementerian Unifikasi Seoul mengatakan pemerintah sedang mempertimbangkan undang-undang untuk melarang kampanye selebaran dengan alasan mereka menyebabkan ketegangan di perbatasan.
"Setiap tindakan yang dapat mengancam kehidupan dan properti penduduk di daerah perbatasan harus dihentikan," kata juru bicara kementerian Korsel, Yoh Sang-Key, dikutip dari AFP.
Kampanye selebaran menjadi masalah pelik antara kedua negara Korea tersebut, tetapi memberlakukan undang-undang tersebut dapat memicu protes atas kemungkinan pelanggaran hak atas kebebasan berekspresi.
Meskipun demikian, menurut laporan kantor berita Yonhap, seorang pejabat di kantor kepresidenan Korsel mengatakan selebaran itu "lebih banyak mudharat daripada manfaat", dan menambahkan bahwa pemerintah akan "menanggapi dengan tegas" segala hal yang merusak keamanan nasional.
Dalam pernyataannya, Kim Yo-Jong sempat menyebut kelompok pembelot Pyongyang sebagai "sampah". Ia meminta Korsel mengambil tindakan khusus dan tidak berlindung pada frase "kebebasan berekspresi".
"Jika benar-benar menghargai perjanjian Utara-Selatan dan memiliki keinginan untuk mengimplementasikannya secara utuh, mereka harus membersihkan "sampah" sebelum dengan sembarangan meniup terompet ke para pendukungnya," ungkap Kim Yo-Jong.
Kedua negara memiliki sejarah perselisihan yang panjang. Di tahun ini, kedua Korea terlibat ketegangan di perbatasan.
Di Oktober 2019, Korut juga mengancam menarik diri dari fasilitas yang dibangun bersama dengan Korsel di area Gunung Kumgang di Pantai Timur. Korut berujar akan membangun zona wisata internasional sendiri.
Sebelumnya di 2016 Korsel sempat menutup kompleks industri bersama karena program nuklir dan rudal Pyongyang. Di 2008, Korsel sempat menghentikan proyek bersama lain karena salah satu turisnya tewas di tangan seorang oknum penjaga Korut.
Pernyataan ini merupakan ketiga kalinya dikeluarkan Kim Yo-Jong tahun ini, memperlihatkan besarnya pengaruh perempuan itu dalam pengambilan keputusan di Korut terutama soal Korsel.
(gus) Next Article Mengenal Adik Kim Jong Un, yang Ancam Korsel & Kritik Trump
Most Popular