
Anies Longgarkan PSBB Jakarta, Ekonomi Siap 'Lari' Lagi!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
04 June 2020 15:07

IHS Markit menyebutkan aktivitas manufaktur Indonesia masih dalam fase penurunan atau kontraksi. Ini terlihat dari angka Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur yang berada di bawah 50.
Pada Mei, skor PMI manufaktur Indonesia adalah 28,6. Lebih tinggi ketimbang April yang sebesar 27,5 tetapi masih jauh dari level 50.
"Pandemi Covid-19 kembali menjadi penyebab umum penurunan manufaktur, menyebabkan penutupan besar-besaran sektor bisnis non-utama, kemandekan transportasi, dan berkurangnya permintaan barang-barang manufaktur. Output terus menurun pada kisaran parah pada Mei, ditambah dengan penurunan substansial permintaan baru, yang sebagian disebabkan oleh penurunan tajam penjualan ekspor," sebut keterangan tertulis IHS Markit.
Namun dengan dimulainya pelonggaran PSBB, IHS Markit menilai ada harapan ekonomi Indonesia bisa bangkit. Bernard Aw, Kepala Ekonom IHS Markit, memperkirakan PMI manufaktur pada Juni bisa naik lagi.
"Dengan pemerintah mempertimbangkan kembali membuka ekonomi secara bertahap mulai Juni, PMI mungkin akan naik pada bulan-bulan mendatang. Meskipun akan membutuhkan upaya yang lebih besar untuk memulihkan kerugian parah yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir," sebut Aw dalam keterangan tertulis.
Senada dengan IHS Markit, Mirae Asset dalam risetnya menyebutkan bahwa aktivitas ekonomi bakal bangkit mulai bulan ini. Bahkan bukan tidak mungkin PMI manufaktur bisa kembali ke zona ekspansi di atas 50.
"PSBB di jantung ekonomi Indonesia mulai berakhir pekan ini. Ke depan, perusahaan akan mulai memproduksi berbagai produk non-esensial yang terhenti dalam dua bulan ini. Namun yang lebih penting, kita harus melihat dulu apakah masyarakat akan kembali melakukan konsumsi secara konsisten," tulis Anthony Kevin, Ekonom Mirae Asset.
Mirae Asset memperkirakan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) -1,5% pada kuartal II. Namun pada kuartal III ekonomi diramal bisa tumbuh 1,5% dan menjadi 4,5% pada kuartal IV seiring kembalinya aktivitas masyarakat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pada Mei, skor PMI manufaktur Indonesia adalah 28,6. Lebih tinggi ketimbang April yang sebesar 27,5 tetapi masih jauh dari level 50.
"Pandemi Covid-19 kembali menjadi penyebab umum penurunan manufaktur, menyebabkan penutupan besar-besaran sektor bisnis non-utama, kemandekan transportasi, dan berkurangnya permintaan barang-barang manufaktur. Output terus menurun pada kisaran parah pada Mei, ditambah dengan penurunan substansial permintaan baru, yang sebagian disebabkan oleh penurunan tajam penjualan ekspor," sebut keterangan tertulis IHS Markit.
"Dengan pemerintah mempertimbangkan kembali membuka ekonomi secara bertahap mulai Juni, PMI mungkin akan naik pada bulan-bulan mendatang. Meskipun akan membutuhkan upaya yang lebih besar untuk memulihkan kerugian parah yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir," sebut Aw dalam keterangan tertulis.
Senada dengan IHS Markit, Mirae Asset dalam risetnya menyebutkan bahwa aktivitas ekonomi bakal bangkit mulai bulan ini. Bahkan bukan tidak mungkin PMI manufaktur bisa kembali ke zona ekspansi di atas 50.
"PSBB di jantung ekonomi Indonesia mulai berakhir pekan ini. Ke depan, perusahaan akan mulai memproduksi berbagai produk non-esensial yang terhenti dalam dua bulan ini. Namun yang lebih penting, kita harus melihat dulu apakah masyarakat akan kembali melakukan konsumsi secara konsisten," tulis Anthony Kevin, Ekonom Mirae Asset.
Mirae Asset memperkirakan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) -1,5% pada kuartal II. Namun pada kuartal III ekonomi diramal bisa tumbuh 1,5% dan menjadi 4,5% pada kuartal IV seiring kembalinya aktivitas masyarakat.
![]() |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular