
New Normal & Dilema Mati Karena Kesehatan atau Mati Kelaparan
Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
03 June 2020 19:21

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah berencana untuk menerapkan tatanan kehidupan baru atau new normal pada 5 Juni 2020 mendatang di 102 Kabupaten/Kota di Indonesia yang sudah masuk dalam zona hijau. Pemerintah mengakui keputusan ini merupakan keputusan yang dilematis.
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengatakan, pemerintah perlu mempercepat tatanan new normal, karena tidak dapat diketahui seberapa lama virus corona ini bisa hilang dari muka bumi.
"Kita harus membalance antara kebutuhan terhadap kesehatan dan juga tidak boleh hanya berdiam diri di rumah dua bulan seperti ini. Nanti ekonominya akan jatuh semuanya," ujar Susiwijiono dalam video conference, Rabu (3/6/2020).
"[...] Jangan sampai pilihannya mati karena kesehatan atau mati karena kelaparan. Makanya ini yang mesti kita balance, antara aspek kesehatan dan ekonomi," kata Susiwijono melanjutkan.
Oleh karena itu, kata Susiwijono, masyarakat Indonesia tidak boleh menyerah dan harus berdampingan dengan covid-19 untuk sementara waktu sampai vaksin ditemukan.
Aktivitas ekonomi pun juga harus berlanjut di tengah pandemi virus corona saat ini. Asalkan, tetap beraktivitas dengan protokol kesehatan yang ketat.
"Perubahan kehidupan merupakan sebuah keniscayaan, akan ada new normal atau tatanan kehidupan yang baru. Keselamatan dan kesehatan menjadi prioritas dan syarat mutlak," tuturnya.
Indonesia juga harus segera mempunyai kebijakan exit-strategy yang bisa memulihkan ekonomi nasional, karena pekerja Idnoensia banyak yang berada di sektor informal.
Susiwijono merinci, di sektor informal terdapat 55,7% atau 70,5 juta orang, pekerja informal di perkotaan sebanyak 30,5 juta dan di pedesaan sebanyak 40 juta orang. Sementara tabungan dan akumulasi kekayaan masyarakat, terutama kelompok kerja informal juga tergolong sangat kecil.
Susiwijono juga mengakui, bahwa kemampuan negara sangat terbatas.
"Pemerintah tidak sanggup untuk membiayai semua masyarakat yang terdampak covid-19. Bansos-bansos disiapkan dalam kurun waktu yang terbatas, 3 bulan sampai 6 bulan saja. Pilihannya kita harus membuka aktivitas ekonomi secara bertahap," jelas dia.
Terpisah, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, dalam skenario berat perekonomian bisa tumbuh 2,3%. Namun, dalam kondisi paling berat minus 0,4%.
Namun, sejalan dengan perkembangan, di mana pada kuartal I-2020 realisasi perekonomian jauh di bawah target, maka ia memperkirakan perekonomian akan sulit untuk bisa tumbuh di 2,3%.
"Prediksi growth 2020 dilihat dari sisi kuartal I, dan kemungkinan kuartal dua akan lebih berat, kita lihat kemungkinan pertumbuhan ekonomi akan masuk dalam skenario yang lebih rendah dari skenario berat (2,3%)," ujarnya usai sidang kabinet, Rabu (3/6/2020).
Meski lebih rendah dari 2,3%, ia berharap masih bisa lebih baik dari skenario paling berat yakni bisa di atas 0%. Ini akan didorong dengan memaksimalkan stimulus kepada masyarakat sehingga konsumsi bisa tetap tumbuh.
(dru) Next Article Skenario Hidup Normal Mulai Juni, Mal Dibuka Sampai Sekolah
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengatakan, pemerintah perlu mempercepat tatanan new normal, karena tidak dapat diketahui seberapa lama virus corona ini bisa hilang dari muka bumi.
"Kita harus membalance antara kebutuhan terhadap kesehatan dan juga tidak boleh hanya berdiam diri di rumah dua bulan seperti ini. Nanti ekonominya akan jatuh semuanya," ujar Susiwijiono dalam video conference, Rabu (3/6/2020).
Aktivitas ekonomi pun juga harus berlanjut di tengah pandemi virus corona saat ini. Asalkan, tetap beraktivitas dengan protokol kesehatan yang ketat.
"Perubahan kehidupan merupakan sebuah keniscayaan, akan ada new normal atau tatanan kehidupan yang baru. Keselamatan dan kesehatan menjadi prioritas dan syarat mutlak," tuturnya.
Indonesia juga harus segera mempunyai kebijakan exit-strategy yang bisa memulihkan ekonomi nasional, karena pekerja Idnoensia banyak yang berada di sektor informal.
Susiwijono merinci, di sektor informal terdapat 55,7% atau 70,5 juta orang, pekerja informal di perkotaan sebanyak 30,5 juta dan di pedesaan sebanyak 40 juta orang. Sementara tabungan dan akumulasi kekayaan masyarakat, terutama kelompok kerja informal juga tergolong sangat kecil.
Susiwijono juga mengakui, bahwa kemampuan negara sangat terbatas.
"Pemerintah tidak sanggup untuk membiayai semua masyarakat yang terdampak covid-19. Bansos-bansos disiapkan dalam kurun waktu yang terbatas, 3 bulan sampai 6 bulan saja. Pilihannya kita harus membuka aktivitas ekonomi secara bertahap," jelas dia.
Terpisah, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, dalam skenario berat perekonomian bisa tumbuh 2,3%. Namun, dalam kondisi paling berat minus 0,4%.
Namun, sejalan dengan perkembangan, di mana pada kuartal I-2020 realisasi perekonomian jauh di bawah target, maka ia memperkirakan perekonomian akan sulit untuk bisa tumbuh di 2,3%.
"Prediksi growth 2020 dilihat dari sisi kuartal I, dan kemungkinan kuartal dua akan lebih berat, kita lihat kemungkinan pertumbuhan ekonomi akan masuk dalam skenario yang lebih rendah dari skenario berat (2,3%)," ujarnya usai sidang kabinet, Rabu (3/6/2020).
Meski lebih rendah dari 2,3%, ia berharap masih bisa lebih baik dari skenario paling berat yakni bisa di atas 0%. Ini akan didorong dengan memaksimalkan stimulus kepada masyarakat sehingga konsumsi bisa tetap tumbuh.
(dru) Next Article Skenario Hidup Normal Mulai Juni, Mal Dibuka Sampai Sekolah
Most Popular