
Sepenting Apakah Pesawat R80 Warisan Habibie?
Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
03 June 2020 16:13

Jakarta, CNBC Indonesia - Pengembangan pesawat R80 yang dirintis oleh Presiden ke-3 BJ Habibie melalui bendera swasta PT Regio Aviasi Industri (RAI) menyimpan mimpi besar di masa depan. Betapa tidak, proyek ini merupakan karya anak bangsa.
Direktur Utama PT Regio Aviasi Industri (RAI) Agung Nugroho, menjelaskan bahwa melalui R80, pihaknya ingin menciptakan iklim industri kedirgantaraan di Indonesia yang lebih baik. Keberlangsungan industri otomotif yang lebih dulu bergeliat, jadi contoh berharga.
"Kalau untuk mobil kan (industrinya) relatif sudah ada, untuk airmotive kan belum. Dan kita tidak ingin airmotive itu jatuh ke masalah yang sama dengan industri otomotif," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Rabu (3/6/20).
Masalah yang ia maksud adalah minimnya merek-merek asli Indonesia. Menurutnya, industri otomotif terlalu mengedepankan produk produk asing.
Selama ini, Indonesia memang sudah mampu mengekspor kendaraan baik mobil maupun motor. Pabrik-pabrik bahan baku otomotif sampai perakitan banyak terbangun, namun masih didominasi merk asing.
"Tidak ada produk Indonesia meskipun secara manufaktur dibuat di Indonesia. Tapi bukan produk Indonesia. Kita kebagian sedikit rezekinya. Kalau aerospace nggak boleh begitu, rezekinya harus semaksimal mungkin yang untuk orang Indonesia, perusahaan Indonesia," tegasnya.
Mimpi itu bisa terwujud jika proyek R80 sudah mampu berproduksi. Kendati begitu, dia mengakui bahwa tidak mudah menjadikan industri dirgantara dalam negeri langsung melejit.
"Untuk membangun itu tidak mudah, butuh dukungan pemerintah. ibarat mau menanam padi harus ditanam dulu bibitnya, harus diselesaikan sampai kemudian tumbuh jadi padi, pindah masuk ke dalam penanaman padinya baru nanti bisa diakses, bisa dipanen," katanya.
(hoi/hoi) Next Article Proyek R80 Warisan Habibie Dicoret dari Proyek Strategis
Direktur Utama PT Regio Aviasi Industri (RAI) Agung Nugroho, menjelaskan bahwa melalui R80, pihaknya ingin menciptakan iklim industri kedirgantaraan di Indonesia yang lebih baik. Keberlangsungan industri otomotif yang lebih dulu bergeliat, jadi contoh berharga.
"Kalau untuk mobil kan (industrinya) relatif sudah ada, untuk airmotive kan belum. Dan kita tidak ingin airmotive itu jatuh ke masalah yang sama dengan industri otomotif," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Rabu (3/6/20).
Masalah yang ia maksud adalah minimnya merek-merek asli Indonesia. Menurutnya, industri otomotif terlalu mengedepankan produk produk asing.
Selama ini, Indonesia memang sudah mampu mengekspor kendaraan baik mobil maupun motor. Pabrik-pabrik bahan baku otomotif sampai perakitan banyak terbangun, namun masih didominasi merk asing.
"Tidak ada produk Indonesia meskipun secara manufaktur dibuat di Indonesia. Tapi bukan produk Indonesia. Kita kebagian sedikit rezekinya. Kalau aerospace nggak boleh begitu, rezekinya harus semaksimal mungkin yang untuk orang Indonesia, perusahaan Indonesia," tegasnya.
Mimpi itu bisa terwujud jika proyek R80 sudah mampu berproduksi. Kendati begitu, dia mengakui bahwa tidak mudah menjadikan industri dirgantara dalam negeri langsung melejit.
"Untuk membangun itu tidak mudah, butuh dukungan pemerintah. ibarat mau menanam padi harus ditanam dulu bibitnya, harus diselesaikan sampai kemudian tumbuh jadi padi, pindah masuk ke dalam penanaman padinya baru nanti bisa diakses, bisa dipanen," katanya.
(hoi/hoi) Next Article Proyek R80 Warisan Habibie Dicoret dari Proyek Strategis
Most Popular