
Bos Garuda Blak-Blakan New Normal Bikin Ongkos Jadi Mahal
Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
02 June 2020 18:07

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Utama PT Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengungkapkan skenario new normal bakal membuat ongkos penerbangan lebih mahal. Hal ini tidak lepas dari sejumlah protokol yang wajib diterapkan, antara lain soal pembatasan kapasitas penumpang hanya 50%.
"Garuda tetap mempertahankan distancing di pesawat. Akibat dari ini semuanya tentu punya masalah dari segi bisnis dan ekonomi. Ini yang perlu didiskusikan, kami komunikasi dengan Kemenhub untuk memastikan industri ini punya napas berkelanjutan, paling tidak tetap memperoleh keuntungan," ungkapnya dalam sebuah diskusi yang digelar Kemenhub, Selasa (2/6/20).
Konkretnya, dia menegaskan, perlu adanya review harga tiket pesawat. Apalagi, dalam masa new normal nanti hanya orang-orang tertentu saja yang boleh terbang.
"Tidak dapat dipungkiri naik pesawat itu nanti klasifikasinya untuk yang harus terbang saja. Yang selama ini terbang langsung ke bandara lebih ribet dan kompleks prosesnya, yang kedua mungkin akan lebih mahal," katanya.
Kendati bakal lebih mahal, dia berharap bahwa sederet syarat yang dibebankan kepada penumpang, tidak lebih mahal dibandingkan ongkos tiket pesawat itu sendiri. Irfan memberi contoh, ada sejumlah tes kesehatan yang tarifnya lebih mahal dibandingkan ongkos tiket di rute tertentu.
"PCR test yang Rp 2,5 juta dan beberapa sudah menurunkan harganya, itu jauh lebih mahal daripada biaya bepergian khsususnya lokasi yang berdekatan seperti Jakarta-Surabaya," katanya.
"Jadi apalagi kalau bepergian 7 hari yang berarti harus PCR dua kali dan biayanya harus Rp 5 juta, sementara perjalanan bolak balik hanya 1,5 juta," katanya.
(hoi/hoi) Next Article Garuda Kalah dalam Gugatan Arbitrase, Begini Dampaknya
"Garuda tetap mempertahankan distancing di pesawat. Akibat dari ini semuanya tentu punya masalah dari segi bisnis dan ekonomi. Ini yang perlu didiskusikan, kami komunikasi dengan Kemenhub untuk memastikan industri ini punya napas berkelanjutan, paling tidak tetap memperoleh keuntungan," ungkapnya dalam sebuah diskusi yang digelar Kemenhub, Selasa (2/6/20).
Konkretnya, dia menegaskan, perlu adanya review harga tiket pesawat. Apalagi, dalam masa new normal nanti hanya orang-orang tertentu saja yang boleh terbang.
Kendati bakal lebih mahal, dia berharap bahwa sederet syarat yang dibebankan kepada penumpang, tidak lebih mahal dibandingkan ongkos tiket pesawat itu sendiri. Irfan memberi contoh, ada sejumlah tes kesehatan yang tarifnya lebih mahal dibandingkan ongkos tiket di rute tertentu.
"PCR test yang Rp 2,5 juta dan beberapa sudah menurunkan harganya, itu jauh lebih mahal daripada biaya bepergian khsususnya lokasi yang berdekatan seperti Jakarta-Surabaya," katanya.
"Jadi apalagi kalau bepergian 7 hari yang berarti harus PCR dua kali dan biayanya harus Rp 5 juta, sementara perjalanan bolak balik hanya 1,5 juta," katanya.
(hoi/hoi) Next Article Garuda Kalah dalam Gugatan Arbitrase, Begini Dampaknya
Most Popular