Efek Covid-19

Garuda Rumahkan 800 Tenaga Kontrak, BUMN: Ini Pilihan Sulit

Monica Wareza, CNBC Indonesia
02 June 2020 14:17
FILE PHOTO: Garuda Indonesia flight attendants arrive at Terminal 3 at Soekarno-Hatta Airport in Jakarta, Indonesia, August 9, 2016. 
REUTERS/Darren Whiteside
Foto: REUTERS/Darren Whiteside

Jakarta, CNBC Indonesia - Maskapai penerbangan BUMN, PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), merumahkan sementara waktu sekitar 800 karyawan dengan status tenaga kerja kontrak atau Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) selama 3 bulan terhitung sejak 14 Mei 2020.

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengatakan kebijakan Garuda tersebut merupakan keputusan bisnis yang dibuat di tengah pandemi Covid-19. Hal ini dilakukan agar perusahaan dapat bertahan menghadapi kondisi saat ini.

Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga menilai kebijakan yang diambil oleh perusahaan ini telah dipertimbangkan secara matang, baik dari sisi bisnis maupun manajemen.

"Kita serahkan kepada manajemen Garuda, [ini karena] dampak corona, konsekuensi bisnisnya, termasuk efisiensi yang dilakukan supaya Garuda bisa bertahan dan bisa beroperasi, mereka punya pilihan dan kita tahu pilihan-pilihannya sulit," kata Arya dalam video conference, Selasa (2/6/2020).


Sebelumnya, perusahaan menyebutkan akan merumahkan sementara waktu sekitar 800 karyawan dengan status tenaga PKWT selama 3 bulan terhitung sejak 14 Mei 2020.

Namun perseroan tidak dijelaskan apakah dari 800 karyawan kontrak ini termasuk pilot. Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengungkapkan kebijakan merumahkan karyawan dengan status PKWT tersebut merupakan upaya lanjutan yang perlu ditempuh perusahaan di samping upaya-upaya strategis lain yang telah dilakukan.

Hal ini dilakukan guna memastikan keberlangsungan perseroan tetap terjaga di tengah kondisi operasional penerbangan yang belum kembali normal sebagai dampak pandemi Covid-19.

Perusahaan bakal menyelesaikan lebih awal kontrak kerja dari masa kontrak yang berlaku dengan tetap membayarkan kewajiban sesuai dengan kontrak tersebut. Hanya saja perseroan tidak mengungkapkan berapa jumlah detail pilot tidak tetap dari total 800 karyawan kontrak ini.

Sumber CNBC Indonesia dari internal perusahaan menyebutkan bahwa saat ini jumlah pilot dengan status hubungan kerja waktu tertentu di Garuda saat ini berjumlah 135 orang.

"Keputusan Direktur Utama untuk pemutusan hubungan kerja Pilot adalah yang berstatus pegawai kontrak bukan pegawai tetap. Total Pilot Pegawai kontrak yang ada di Garuda kalau saya tidak salah 135 orang," kata sumber tersebut kepada CNBC Indonesia, Selasa (2/6/2020).

Namun demikian, belum jelas berapa jumlah pasti pilot yang diputus kontraknya ini oleh perusahaan. Dia menyebutkan, diperkirakan penghentian pilot ini dilakukan secara bertahap oleh perusahaan. "Gak sekaligus semua bersamaan," imbuh dia.


Irfan mengatakan kebijakan tersebut dilakukan dengan pertimbangan yang matang dengan memperhatikan kepentingan karyawan maupun perusahaan dan dilakukan dalam rangka menghindari dilakukannya PHK.

"Di samping itu, implementasi kebijakan ini juga telah melalui kesepakatan dan diskusi dua arah antara karyawan dan perusahaan" papar Irfan, dalam keterbukaan informasi, dilansir CNBC Indonesia, Selasa (2/6/2020).

"Ini keputusan berat yang harus kami ambil. Namun demikian, kami yakin Garuda Indonesia akan dapat terus bertahan dan kondisi operasional Perusahaan akan terus membaik dan kembali kondusif sehingga mampu melewati masa yang sangat menantang bagi industri penerbangan saat ini," kata Irfan.

Manajemen GIAA menegaskan, perseroan memang tengah berjibaku dengan sejumlah strategi demi mempertahankan kelangsungan usaha akibat dampak pandemi virus corona yang menghantam bisnis penerbangan dalam negeri dan global.

Dalam kesempatan sebelumnya, Direktur Keuangan Garuda Indonesia Fuad Rizal menjelaskan perseroan telah menerapkan pemotongan gaji mulai dari 10% hingga 50% untuk seluruh karyawan maskapai penerbangan BUMN ini.

"Hingga saat ini, program pengurangan pengeluaran ini telah menghemat sekitar US$ 6 juta [setara Rp 89 miliar, kurs Rp 14.900/US$]," kata Fuad dalam surat keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Selasa (26/5/2020).

Dia mengatakan program pengurangan itu juga memungkinkan perseroan untuk mengurangi biaya tunai mingguan yang diperlukan untuk menjalankan operasi menjadi sekitar US$ 46 juta atau Rp 685 miliar.

[Gambas:Video CNBC]


(tas/tas) Next Article Saham GIAA Anjlok ke Harga Segini, Setelah 4 Hari Nanjak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular