
Malaysia & Singapura Terancam Resesi, RI? Rasanya Tidak...
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
01 June 2020 13:22

Saat dua tetangganya di ambang resesi, bagaimana dengan Indonesia? Apakah risiko resesi juga begitu nyata di Tanah Air?
Sejauh ini, sepertinya kemungkinan ke arah sana masih sangat kecil. Proyeksi dari berbagai institusi memperkirakan Indonesia bisa menghindari resesi.
Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II, III, dan IV tahun ini masing-masing sebesar 0,4%, 1,2%, dan 3,1%. Bahkan tidak ada kontraksi, sehingga tidak ada resesi.
Baca: Pedenya Bos BI Sebut RI Jauh dari Jurang Resesi
Sementara Moody's Analytics memang memperkirakan ekonomi Indonesia terkontraksi -3,9% pada kuartal II-2020, tetapi pada kuartal III dan IV masing-masing tumbuh positif 3% dan 2,8%. Lalu Mirae Asset meramal ekonomi Indonesia pada kuartal II-2020 terkontraksi -1,5%, tetapi kembali ke teritori positif pada kuartal III dan IV masing-masing 1,5% dan 4,5%.
Kontraksi adalah pertumbuhan ekonomi dua kuartal beruntun pada tahun yang sama. Institusi seperti Moody's Analytics dan Mirae Asset memang memproyeksi ada kontraksi, tetapi hanya satu kuartal. Belum masuk kategori resesi.
Bahkan Morgan Stanley memperkirakan Indonesia menjadi salah satu negara yang bisa pulih dengan cepat. Morgan Stanley membagi fase pemulihan ekonomi berbagai negara dalam empat kelompok besar.
Kelompok pertama hanya ada satu negara yaitu China. Sebagai negara yang paling awal terpukul (karena virus corona berawal dari sana), China juga menjadi negara yang paling bangkit paling duluan. Bahkan Morgan Stanley memperkirakan ekonomi China bisa kembali ke level sebelum pandemi virus corona paling cepat pada kuartal III-2020.
Kelompok kedua beranggotakan Filipina, India, dan Indonesia. Ekonomi di tiga negara ini bisa pulih dengan cepat karena minimnya eksposur terhadap rantai pasok global. Konsumsi domestik yang kuat membuat Filipina, India, dan Indonesia punya keunggulan yang tidak dimiliki negara-negara lain.
Kelompok ketiga adalah Korea Selatan dan Taiwan. Dua negara ini punya ketergantungan yang tinggi terhadap ekspor, sehingga kalau permintaan dunia belum pulih maka sulit untuk bangkit.
Kelompok terakhir adalah Thailand, Malaysia, Hong Kong, dan Singapura. Selain tergantung kepada ekspor, negara-negara ini juga menerapkan lockdown sehingga permintaan domestik juga anjlok.
Pukulan ganda ini membuat ekonomi Singapura dan Malaysia butuh waktu lebih lama untuk pulih. Oleh karena itu, risiko resesi menjadi lebih tinggi.
(aji/aji)
Sejauh ini, sepertinya kemungkinan ke arah sana masih sangat kecil. Proyeksi dari berbagai institusi memperkirakan Indonesia bisa menghindari resesi.
Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II, III, dan IV tahun ini masing-masing sebesar 0,4%, 1,2%, dan 3,1%. Bahkan tidak ada kontraksi, sehingga tidak ada resesi.
Sementara Moody's Analytics memang memperkirakan ekonomi Indonesia terkontraksi -3,9% pada kuartal II-2020, tetapi pada kuartal III dan IV masing-masing tumbuh positif 3% dan 2,8%. Lalu Mirae Asset meramal ekonomi Indonesia pada kuartal II-2020 terkontraksi -1,5%, tetapi kembali ke teritori positif pada kuartal III dan IV masing-masing 1,5% dan 4,5%.
Kontraksi adalah pertumbuhan ekonomi dua kuartal beruntun pada tahun yang sama. Institusi seperti Moody's Analytics dan Mirae Asset memang memproyeksi ada kontraksi, tetapi hanya satu kuartal. Belum masuk kategori resesi.
Bahkan Morgan Stanley memperkirakan Indonesia menjadi salah satu negara yang bisa pulih dengan cepat. Morgan Stanley membagi fase pemulihan ekonomi berbagai negara dalam empat kelompok besar.
Kelompok pertama hanya ada satu negara yaitu China. Sebagai negara yang paling awal terpukul (karena virus corona berawal dari sana), China juga menjadi negara yang paling bangkit paling duluan. Bahkan Morgan Stanley memperkirakan ekonomi China bisa kembali ke level sebelum pandemi virus corona paling cepat pada kuartal III-2020.
Kelompok kedua beranggotakan Filipina, India, dan Indonesia. Ekonomi di tiga negara ini bisa pulih dengan cepat karena minimnya eksposur terhadap rantai pasok global. Konsumsi domestik yang kuat membuat Filipina, India, dan Indonesia punya keunggulan yang tidak dimiliki negara-negara lain.
Kelompok ketiga adalah Korea Selatan dan Taiwan. Dua negara ini punya ketergantungan yang tinggi terhadap ekspor, sehingga kalau permintaan dunia belum pulih maka sulit untuk bangkit.
Kelompok terakhir adalah Thailand, Malaysia, Hong Kong, dan Singapura. Selain tergantung kepada ekspor, negara-negara ini juga menerapkan lockdown sehingga permintaan domestik juga anjlok.
Pukulan ganda ini membuat ekonomi Singapura dan Malaysia butuh waktu lebih lama untuk pulih. Oleh karena itu, risiko resesi menjadi lebih tinggi.
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular