Properti Megap-Megap, Rumah Murah Jadi Penyelamat

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
29 May 2020 20:03
Awal Desember 2017, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mencatat capaian Program Satu Juta Rumah sebanyak 765.120 unit rumah, didominasi oleh pembangunan rumah bagi  masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sebesar 70 persen, atau sebanyak 619.868 unit, sementara rumah non-MBR yang terbangun sebesar 30 persen, sebanyak 145.252 unit.
Program Satu Juta Rumah yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo, sekitar 20 persen merupakan rumah yang dibangun oleh Kementerian PUPR berupa rusunawa, rumah khusus, rumah swadaya maupun bantuan stimulan prasarana dan utilitas (PSU), 30 persen lainnya dibangun oleh pengembang perumahan subsidi yang mendapatkan fasilitas KPR FLPP, subsisdi selisih bunga dan bantuan uang muka. Selebihnya dipenuhi melalui pembangunan rumah non subsidi oleh pengembang.
Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Pemukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Junaidi Abdillah mengungkapkan, rumah tapak masih digemari kelas menengah ke bawah.
Kontribusi serapan properti oleh masyarakat menengah ke bawah terhadap total penjualan properti mencapai 70%.
Serapan sebesar 200.000 unit ini, akan terus meningkat pada tahun 2018 menjadi 250.000 unit.
Foto: Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia - Secara keseluruhan sektor properti sedang terpukul keras karena pandemi covid-19, dari sisi permintaan turun dan harga pun anjlok antara lain sektor perumahan. Namun, ada sektor yang masih bisa punya harapan terutama di sektor perumahan segmen bawah.

Ketua Umum DPP Real Estate Indonesia (REI) Paulus Totok Lusida menyebut, hal yang bisa dimanfaatkan oleh pengembang saat ini adalah menyediakan kebutuhan untuk perumahan. Pasalnya, sektor lain yang biasanya diandalkan sudah mengalami koreksi sangat dalam.

"Memang saat ini kondisi sangat berat, mal turun 85 persen, hotel turun 90 persen, perkantoran 74,6 persen, rumah turun 50 persen sampai 80 persen, jadi semua turun," katanya pada Virtual MarkPlus Industry Roundtable, Jumat (29/5).

Meski terlihat suram, namun pengembang bisa mengalihkan fokus kepada sektor perumahan dengan harga rendah. Totok menilai, sektor ini bisa menjadi sedikit penolong properti, meskipun pergerakannya secara lambat.



Meski dinilai bisa cukup menolong, namun nyatanya penyaluran kredit ke masyarakat oleh bank saat ini dirasa lebih ketat. Berbeda dengan sebelum masa pandemi Covid-19 datang. Perbankan saat ini menjadi jauh lebih selektif dalam menerima pengajuan kredit pemilikan rumah (KPR).

"Sekarang itu filternya lebih ketat, mereka tidak terima lagi (transaksi KPR) karyawan kontrak," tuturnya.

Ketua Umum DPD Real Estate Indonesia (REI) DKI Jakarta Arvin F Iskandar juga mengakui saat ini sektor yang bisa diandalkan hanya rumah dengan harga cenderung lebih murah. "Pembelian rumah hanya terbatas end user kalau saya lihat. End user dan itu terbatas target menengah ke bawah lah," sebutnya kepada CNBC Indonesia, Jumat (29/5).

Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia (BI). BI mencatat penjualan properti residensial pada kuartal I-2020 juga mengalami kontraksi yang dalam jika dibanding periode sebelumnya.

Hasil survei harga properti residensial mengindikasikan bahwa penjualan properti residensial mengalami kontraksi yang cukup dalam sebesar -43,19% (yoy), jauh lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh terbatas sebesar 1,19% (yoy). Penurunan penjualan properti residensial tersebut terjadi pada seluruh tipe rumah.

Hal ini berdampak pada kenaikan harga rumah di pasar primer yang melambat. Namun, segmen rumah kecil justru masih lumayan lebih tinggi dari segmen rumah besar. 

Menurut BI, Kenaikan harga rumah tipe kecil melambat dari 3,18% di kuartal I-2019 menjadi 2,18% di kuartal II-2019. Rumah tipe menengah melambat dari 1,82% YoY menjadi 1,32 YoY. Adapun rumah tipe besar melambat dari 1,16% YoY menjadi 0,92% YoY.

[Gambas:Video CNBC]




(hoi/hoi) Next Article Harga Rumah Hancur Lebur

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular