Polling CNBC Indonesia

Konsensus: Inflasi Mei Diramal Cuma 0,1%, Pertanda Apa Ini?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
29 May 2020 15:33
buah supermarket
Ilustrasi Swalayan (CNBC Indonesia/M Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Inflasi Indonesia pada Mei 2020 diperkirakan tipis saja. Namun sulit untuk merayakan inflasi yang rendah ini.

Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merillis data inflasi Mei pada 2 Juni mendatang. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia menghasilkan median inflasi bulanan (month-to-month/MtM) sebesar 0,1%. Sementara inflasi tahunan (year-on-year/YoY) ada di 2,22% dan inflasi inti secara tahunan adalah 2,8%.

Institusi

Inflasi MtM (%)

Inflasi YoY (%)

Inflasi Inti YoY (%)

Bank Danamon

-

2.05

2.7

CIMB Niaga

0.43

2.56

-

BCA

0.04

2.14

2.8

Maybank Indonesia

-0.05

2.07

2.81

ING

-

2.2

-

Citi

0.36

2.49

2.87

Danareksa Research Institute

0.1

2.22

-

BTN

0.1

2.23

2.7

BNI Sekuritas

0.16

2.29

-

MEDIAN

0.1

2.22

2.8


Secara bulanan, ada sedikit akselerasi laju inflasi karena pada April adalah 0,08%. Namun secara tahunan maupun inti, terjadi perlambatan di mana pada April masing-masing tercatat 2,67% dan 2,85%.



Momentum Ramadan-Idul Fitri tidak mampu mendongrak laju inflasi. Padahal biasanya puasa-lebaran adalah puncak konsumsi rumah tangga sehingga inflasi bakal terkerek.

Misalnya pada 2019, kala itu Ramadan jatuh pada 5 Mei-4 Juni. Inflasi bulanan pada Mei 2019 mencapai 0,54%, tertinggi sepanjang tahun itu.

Lalu pada 2018, di mana Ramadan berlangsung pada 16 Mei-14 Juni. Inflasi Juni 2018 secara bulanan mencapai 0,62%, tertinggi sepanjang tahun.



Adalah pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang membikin konsumsi masyarakat anjlok. Demi mencegah penyebaran virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini, pemerintah menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

PSBB mengamanatkan agar sekolah diliburkan, kantor dan pabrik non-esensial ditutup untuk sementara, dan kapasitas angkutan dikurangi. Masyarakat diimbau untuk #dirumahaja. Bekerja, belajar, dan beribadah di rumah.


Otomatis roda ekonomi seakan berhenti berputar. Aktivitas masyarakat yang hanya makan-tidur-kerja/belajar/ibadah membuat permintaan turun sangat drastis.

Tidak hanya itu, pendapatan masyarakat juga berkurang karena terbatasnya aktivitas ekonomi. Mereka yang berdagang mengeluhkan anjloknya omzet, sementara dunia usaha pusing oleh penurunan penjualan.

Akibatnya, terjadi tsunami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) menunjukkan per 20 April 2020, ada 2.084.593 pekerja yang dirumahkan dan kena PHK akibat pandemi Covid-19. 

Mereka yang menjadi korban PHK tentu akan mengurangi pengeluarannya, berhemat sampai memperoleh mata pencarian baru. Sementara yang tidak (atau belum) kena PHK akan juga mengurangi konsumsi dan menambah tabungan, untuk berjaga-jaga kalau... Amit-amit...


Oleh karena itu, Ramadan-Idul Fitri tahun ini memang sangat berbeda. Tahun ini, momen penuh suka cita itu berubah menjadi penuh keprihatinan.

"Permintaan barang dan jasa melemah akibat penerapan PSBB. Akibatnya, harga cenderung turun meski ada perayaan lebaran. Penurunan harga terjadi di kelompok bahan makanan seperti telur ayam, bawang putih, gula pasir, cabai merah, dan bayam," sebut Juniman, Kepala Ekonom Maybank Indonesia, dalam risetnya.

Juniman bahkan memperkirakan terjadi deflasi pada Mei sebesar -0,05%. Meski ada kenaikan harga seperti untuk daging ayam ras, ikan segar, dan air mineral, tetapi tidak bisa menutup penurunan harga yang dialami komoditas lainnya.



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular