Tol Babak Belur Terpukul Covid-19, Nasib Proyek Tol Jalan?

Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
28 May 2020 19:45
Presiden Joko Widodo meresmikan jalan Tol Surabaya-Mojokerto (Sumo) sepanjang 36,27 Km, di depan gerbang tol Warugunung, Jawa Timur, Selasa  (19/12/2017). Tol Sumo terhubung dengan Tol Mojokerto-Kertosono (Moker) yang telah beroperasi sebelumnya, sehingga total Surabaya - Jombang - Kertosono 76 km dapat ditempuh hanya sekitar 1 jam saja, atau 2 jam lebih cepat dari jarak waktu yang harus ditempuh sebelumnya.

Foto udara ruas Tol Surabaya-Mojokerto (Sumo), Jawa Timur. Tarif Tol Sumo ditetapkan  berdasarkan Kepmen PUPR No.916 tahun 2017 sebesar Rp 1.050 per km untuk tarif golongan I atau Rp 38 ribu untuk jarak terjauh. 

Tol Sumo menambah panjang ruas tol di Jawa Timur menjadi 199 Km. Tambahan ruas tol ini merupakan bagian dari ruas tol Trans Jawa (Merak-Banyuwangi) sepanjang 1.167 Km yang ditargetkan tersambung keseluruhan pada akhir tahun 2019. Sementara jalur Merak - Surabaya sendiri ditargetkan rampung pada akhir 2018.
Foto: Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia - Volume lalu lintas jalan tol kompak anjlok di masa pandemi Covid-19. Apakah ini akan berdampak pada iklim investasi tol.

Sekjen Asosiasi Jalan Tol Indonesia (ATI) Krist Ade Sudiyono menyebut, iklim investasi tol dalam situasi saat ini ikut jadi perhatian banyak pihak.
"Para pemangku kepentingan bersama asosiasi jalan tol senantiasa memitigasi iklim dengan situasi pandemi Covid-19," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Kamis (28/5).
Selama ini, menurutnya model pengadaan infrastruktur di Indonesia didominasi oleh penugasan kepada BUMN. Belakangan, pemerintah mulai menggalang keterlibatan swasta.
"Pemerintah berharap partisipasi badan usaha privat. Itulah model bisnis yang saat ini ada KPBU, dalam kondisi ini diuji apa suitable untuk situasi Covid-19," katanya.
Dalam kacamata dia, meski saat ini sedang diuji, bisnis tol tetap punya masa depan. Menurutnya, goncangan yang terjadi tak akan bertahan lama, namun ke depan akan segera bangkit.
"Kalau saya sendiri melihat situasi seperti ini, industri jalan tol adalah business resilience. Memang ada goncangan, tapi jangka panjang tren potensi terus membaik. Kalau pandemi berakhir traffic akan bounce back. Dari kacamata itu industri ini menarik," katanya.

Ia menegaskan bahwa proses konstruksi tol-tol yang masih berlangsung harus tetap berlanjut. Sejauh ini, dia bilang juga belum ada keputusan pemerintah untuk menghentikan proyek.
"Tidak ada sebuah keputusan yang mengatakan konstruksi berhenti. Kita dengan Kementerian PUPR koordinasi bahwa konstruksi di lapangan berjalan dengan protokol ketat," katanya.
Keberlanjutan konstruksi ini menurutnya mengusung dua misi utama. Pertama yakni penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat. "Kedua misi besar infrastruktur harus ready pasca Covid-19 supaya bangsa ini bisa terus berlari," katanya.


[Gambas:Video CNBC]




(hoi/hoi) Next Article Siap-Siap! Masuk Tol Tanpa Buka Kaca Mobil Sebentar Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular